Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belis Maumere-Sikka-NTT (Bagian II: Latar Belakang Sejarah Pembelisan)

20 Maret 2022   21:14 Diperbarui: 20 Maret 2022   21:28 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Ratu Dona Maria meninggal, maka ia diganti oleh Mo'ang Samau da Silva, alias Oriwis da Silva, kemanakannya. Dan ketika beliau meninggal, ia digantikan oleh Agnes da Silva alias Dona Ines da Silva, seorang saudarinya. Dona Maria telah mulai menata perkawinan yakni harus dipinang dengan sopan, dan selanjutnya Dona Ines da Silva yang mengatur perkara emas perkawinan bagi segala perempuan menjadi semakin keras dan lebih teratur. Bagi Dona Ines, pembelisan atau mas kawin ini sangat penting karena pada waktu itu penghargaan terhadap martabat wanita sangat rendah. Banyak anak gadis yang dikawini dan dibawa ke mana-mana sekehendak hatinya dan kemudian diceraikan atau  dibiarkan saja.

Jadi, tujuan mendasar mengapa pada waktu itu Dona Ines da Silva menetapkan keharusan adanya belis bagi perempuan adalah demi menghargai martabat kaum wanita pada zamannya yang kurang mendapat perhatian atau penghargaan, khususnya dari kaum pria. Tentang emas kawin atau belis ini, diperibahasakan demikian:

Naha b'eli wiing nora tudi manu                   harus saling memberi dengan pisau ayam

Naha di'at wiing nora kila bitak                     harus saling menerima dengan cincin sebentuk

 Naha b'eli wiing nora 'ledang be'ak            harus memberi dengan muti manik

 Na niang po'a noni beli kru'ut                       agar siang hari menyapu sampah

 Lero 'wau ra'u beli awu                                     malam hari memberikan abu dapur.

Akan bersambung pada Bagian III:  Bentuk-bentuk dan Makna Simbolis Belis

Daftar Rujukan:

[1] Edmundus Pareira (penyus.), Seputar Warisan Adat Kabupaten Sikka ([t.t.], [t.p.], 1991), I, p. 3.

[2] Iwan Santosa, Arungi Perairan Tenang, Tim Ekspedisi Menuju Adonara, (Online), 2009,  (http://regional.kompas.com/read, diakses 10 Oktober 2010).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun