Sekedar untuk mengingat, metafor (dalam hal ini conceptual metaphor, cognitive linguistics) adalah cara berpikir dengan membuat asosiasi dua domain dalam model hubungan yang disebut mapping of corresponces, yakni antara domain source dan domain target.Â
Menurut litaratur, penggunaan metafor bukan hanya bermanfaat dalam pendidikan untuk menghadirkan model-model hubungan ketika menjelaskan kepada siswa (mahasiswa) dalam proses didaktik yang melibatkan konsep-konsep abstrak dan intangible sehingga memudahkan pemahaman, daya kritis, dan pemecahan masalah, penggunaan metafor juga membantu merepresentasikan realitas-realitas sosial dan proses-proses budaya.Â
Tentu diperlukan sejumlah besar data, kalkulasi dan analisis rinci, untuk sampai pada kesimpulan tertentu tentang bagaimana pikiran publik bekerja dengan metafor. Tulisan ini menelisik hanya beberapa saja dari teks-teks yang dapat diikuti tentang RI4 untuk keperluan artikel.
Mencermati media headlines sejak World Economic Forum (WEF Davos 2016) dan Making Indonesia 4.0 (Industrial Summit Jakarta 2018), terutama berita-berita dan artikel dengan tajuk Revolusi Industri 4 kita menemukan satu metafor mainstream, yaitu "combat metaphor".Â
Tiga ekspresi yang mewakili combat tersebut adalah: "menyambut" (menyongsong kehadiran, tamu), "menyiapkan" (SDM), "menghadapi" (persaingan). Tiga ekspresi lainnya adalah "memasuki" (era), "menguasai" (strategi), Â "menaklukkan" (conquer). Dan satu classifier plus epithet penyerta: "Making Indonesia 4.0 sebagai jurus jitu" (untuk menaklukkan).
Dalam metafor combat ekspresi-ekspresi yang bermain di antaranya: "lawan" atau "kawan" (combatant, character), "medan tempur" (domain), "alat tempur" (device), Â "strategi" (mechanism), "memperebutkan" (struggle), "menguasai" (power), "menang vs kalah" (result), "kemenangan atau kekalahan" (values).
Bila metafor ini dibawa ke ranah pendidikan maka kita akan mendapati "knowledge of combat" (what and how is combat), "skill of combat" (engagement in the process of combat resulting in win or lose), dan "attitude of combat" (achieving values of victory and honor and/or otherwise).
Bila alam pikir ini benar, meskipun bawah sadar, maka sebenarnya kenyataan ini tidak bisa dihindari karena trajektori psikologis masyarakat Indonesia lekat dengan adagium perjuangan (mis. "perjuangan kemerdekaan", dari bangsa terjajah menuju bangsa merdeka; "perang melawan kemiskinan", terentas dari masyarakat miskin; "perang melawan kebodohan", beranjak dari masyarakat peringkat rendah dalam pendidikan; "perang melawan korupsi", dan lain-lain.). Alam pikir tercermin pada perilaku. Dalam konteks metafor combat, perilaku masyarakat menghadapi revolusi industri 4 adalah perilaku yang beresiko, bergegas, keras, dan lelah (struggles to win over).
Untuk melihat ragam metafor ini lebih jauh, penulis membuat quiz ringan (memanfaatkan Google Form) tentang revolusi industri 04 di Indonesia yang melibatkan 80 orang mahasiswa. Memanfaatkan liberty sebagai pengajar, quiz tersebut disampaikan dalam kesempatan perkuliahan online. Pertanyaan-pertanyaannya dasar, sebagai berikut:
Apakah kata pertama yang terbayang ketika disebutkan istilah: "Revolusi Industri 4"?
Apakah kata pertama yang terbayang ketika disebutkan istilah: "Revolusi Industri 4 di INDONESIA"?