Mohon tunggu...
Darwin Raja Unggul Munthe
Darwin Raja Unggul Munthe Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Berpikir seperti orang bodoh sehingga giat untuk selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Imaji Si Ibu

5 Mei 2016   22:01 Diperbarui: 5 Januari 2017   11:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Berilah aku kesempatan Suster.., kalau bisa, saya hanya di jadwal dinas malam sajalah ya Sus..?” Kata Ibu ini kepada Suster (kepala rumah sakit).

“Wah..., kenapa pula Ibu harus minta dinas malam terus, maksudnya bagaimana?” tanya suster (rasa penasaran).

“Itu kalau diijinkan oleh Suster..., saya ingin membuka penitipan bayi dan anak dirumah saya Sus....,jadi, dari pagi hari sampai siang saya dapat menjaganya (sampai orangtua mereka datang menjemput). Setelah itu, saya bisa pergi ke ladang lagi sampai sore Sus..” kata Ibu ini menambahkan.

“Hmmm...,” (berpikir dan tidak terucap apapun), suster itupun menatap si Ibu (tanda keprihatinan).

Suster sangat mengetahui persis pergumulan si Ibu, karena beliau sering mendengar dan melihat sendiri bagaimana perjuangan si Ibu ini membiayai empat orang anak sekolah dan duduk diperguruan tinggi. Dan, Ibu ini adalah seorang janda.

“Ibu saya ijinkan untuk dinas malam saja, ngak apa-apa....,” kata Suster.

“Terimakasih Suster....”jawabku, dalam hati aku berpikir, dan kataku; “apakah nanti teman-teman sekerja setuju ya, apakah ini bukan disebut pilih kasih, bagaimana ya Sus..?”

“Tak perlu kuatir Ibu....., saya yang akan menjelaskan jika ada yang bertanya, saya juga yang akan bertanggung jawab. Saya tahu perjuangan Ibu hanya untuk membiayai anak-anak sekolah, tidak lebih dari itu bukan?” tegas suster.

[Kala itu] Satu masa si Ibu ini menjalani 3 profesi dalam 1 hari selama 5 tahun. Ini memang tuntutan untuk bekerja dan benar-benar berjibaku. Seperti pil pahit harus ditelan.

“Semua ini pasti meringankan bebanku.” Pagi – siang: Menjaga bayi/anak, Siang – Sore: Bekerja di Ladang, Malam – Pagi: Dinas malam di rumah sakit. Jibaku!.

“Aku merasa sedih setiap pagi melihat berdatangan orangtua membawa bayi/anak-nya kerumah ini,” kata adiknya (sambari menghampiri si Ibu menitikkan airmata).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun