4. Mengatasi Tantangan Tekanan Sosial Melalui Dialog Budaya
Dalam masyarakat Nias, tekanan sosial untuk selalu menjaga citra dan kehormatan keluarga dapat menjadi beban berat yang berpotensi merusak kesehatan mental individu. Rasa takut akan kehilangan kehormatan, yang sering kali dianggap lebih buruk daripada kematian, bisa menyebabkan stres dan kecemasan yang mengganggu kesejahteraan individu. Untuk itu, penting untuk menciptakan dialog budaya yang memungkinkan masyarakat untuk berbicara secara terbuka mengenai perasaan, kesulitan, dan harapan mereka tanpa merasa takut atau malu.
Kontekstualisasi filsafat ini dapat dilakukan dengan cara membangun ruang untuk refleksi dan diskusi tentang nilai-nilai kehormatan yang lebih realistis dan sehat. Dialog ini dapat melibatkan para pemimpin adat, tokoh agama, pendidik, serta generasi muda, untuk bersama-sama mencari cara-cara baru dalam memaknai sökhi mate moroi aila yang tidak hanya mengedepankan aspek sosial semata, tetapi juga mengakui pentingnya kesehatan mental, kebahagiaan pribadi, dan penerimaan terhadap perbedaan.
5. Pembaruan dalam Praktik Adat dan Ritual Sosial
Ritual adat di Nias, yang sering kali berfokus pada perayaan atau penghormatan terhadap keluarga dan martabat, juga perlu mengalami pembaruan agar tetap relevan dengan konteks sosial saat ini. Kontekstualisasi nilai-nilai tradisional dalam praktik adat dapat dilakukan dengan menyesuaikan cara-cara perayaan atau penghormatan terhadap martabat agar lebih inklusif dan tidak menekan individu untuk memenuhi standar yang tidak realistis.
Misalnya, dalam upacara adat atau perayaan keluarga, bisa diperkenalkan penghargaan terhadap prestasi atau kontribusi sosial yang lebih luas, bukan hanya berdasarkan status materi atau posisi sosial. Ini bisa membuka ruang bagi individu untuk dihargai atas keberhasilan mereka dalam bidang lain, seperti pendidikan, pelayanan sosial, atau kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kontekstualisasi filsafat sökhi mate moroi aila dalam kehidupan masyarakat Nias kontemporer adalah langkah penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai tradisional ini tetap relevan tanpa mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan individu. Melalui pendidikan yang mengintegrasikan nilai budaya, pengajaran agama yang berbasis kasih dan penerimaan, serta penyelarasan dengan realitas sosial dan ekonomi saat ini, filsafat ini dapat dijaga kelestariannya. Selain itu, melalui dialog budaya dan pembaruan dalam praktik adat, masyarakat Nias (Ono Niha) dapat menjaga kehormatan diri dan keluarga dengan cara yang lebih sehat dan harmonis dalam konteks global yang semakin kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H