Filosofi ini mencerminkan pandangan hidup yang sangat menghargai kesetiaan terhadap nilai-nilai adat, solidaritas sosial, dan keterhubungan antar anggota komunitas. Oleh karena itu, seseorang yang melanggar norma atau kehilangan kehormatan bisa merasa bahwa lebih baik mengakhiri hidupnya daripada hidup dalam rasa malu yang tak tertahankan.
2. Pengaruh Pendidikan Modern terhadap Masyarakat Nias
Seiring dengan kemajuan pendidikan modern yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, masyarakat Nias (Ono Niha) mulai dikenalkan dengan sistem pendidikan yang lebih formal dan rasional. Pendidikan ini lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis yang bersifat individualistik, dibandingkan dengan pendidikan berbasis nilai-nilai tradisional dan sosial yang ada dalam masyarakat Nias.
Dalam sistem pendidikan modern, individu lebih diajarkan untuk berorientasi pada pencapaian pribadi, efisiensi, dan keberhasilan materiil. Nilai-nilai seperti kehormatan kolektif, tanggung jawab terhadap keluarga dan komunitas, serta pentingnya menjaga nama baik, seringkali tidak mendapat tempat dalam kurikulum yang lebih mengutamakan pengetahuan praktis dan kompetensi profesional.
Proses ini menyebabkan ketegangan antara nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi dalam budaya Nias dan sistem pendidikan yang menekankan individualisme serta kesuksesan pribadi. Pendidikan modern sering kali dianggap lebih penting dan lebih berguna dalam menghadapi tantangan dunia modern, sementara ajaran tentang sökhi mate moroi aila semakin dianggap kuno atau tidak relevan.
3. Kekuasaan Eksternal dan Penerapan Nilai-Nilai Negara
Selain pendidikan, pengaruh kekuasaan eksternal melalui struktur pemerintahan juga memainkan peran penting dalam mengubah cara pandang orang Nias terhadap kehidupan dan nilai-nilai budaya mereka. Sistem pemerintahan Indonesia yang sentralistik dan universal cenderung mengabaikan pluralitas budaya dan nilai-nilai lokal, termasuk filosofi kehidupan orang Nias yang sangat terkait dengan kehormatan.
Seiring dengan penerapan kebijakan pembangunan dan pemerintahan yang menekankan integrasi nasional, banyak nilai-nilai tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma negara modern. Pemerintah pusat lebih cenderung mempromosikan nilai-nilai yang berbasis pada keseragaman hukum, birokrasi, dan administrasi yang efisien, yang seringkali berbenturan dengan nilai-nilai lokal yang lebih kolektif dan terikat pada struktur adat.
Dalam banyak kasus, masyarakat Nias harus menyesuaikan diri dengan sistem yang lebih birokratis dan berorientasi pada hasil material, yang mengurangi ruang bagi mereka untuk mempertahankan nilai-nilai kehormatan dan martabat yang sudah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Proses ini sering disebut sebagai bentuk "penjajahan" budaya, di mana sistem pemerintahan dan kebijakan negara mengurangi keberadaan atau bahkan menghapuskan nilai-nilai lokal yang dianggap tidak sejalan dengan pembangunan nasional.
4. Dampak Modernisasi terhadap Identitas Budaya Nias
Pengaruh pendidikan modern dan kekuasaan eksternal ini tidak hanya mempengaruhi cara berpikir individu, tetapi juga menyebabkan perubahan dalam struktur sosial dan budaya masyarakat Nias. Nilai-nilai tradisional seperti skhi mate moroi aila yang sangat menekankan pentingnya kehormatan mulai digantikan oleh paradigma baru yang lebih pragmatis, di mana keberhasilan dan kesejahteraan individu lebih dihargai.