Mohon tunggu...
Dara Ninggar Mentari
Dara Ninggar Mentari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Suka menulis, kucing, buku-buku, dan Indomie ayam bawang. Tidak suka kecoa dan sambal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lilin

31 Maret 2023   09:36 Diperbarui: 31 Maret 2023   09:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinah masuk ke dalam kamar sementara aku dan ibu mengikutinya dari belakang. Dia tidak bicara apa pun, hanya meletakkan oleh-oleh yang dibawanya, kemudian pergi lagi.

“Biarkan saja dulu, Mut. Nanti juga baikan.” kata ibu menghiburku.

“Iya, Bu. Nggak papa.”

“Rama kok lama sekali?” tanya ibu sambil mencomot sebuah apel yang tadi dibawakan Dinah.

“Ya, Mas Rama memang biasa sih pulang malam kalau bulan-bulan gini. Banyak proyek. Ya semoga saja bikin keuangan lancar, lah, Bu.”

Kemudian aku dan ibu berbincang-bincang berdua. Membicarakan apa pun. Hal-hal yang menyenangkan. Mengingat betapa bahagianya aku dan ibu ketika terakhir kali kami pergi ke pantai. Nostalgia masa lalu dan rencana masa depan. Jam beranjak menuju angka sebelas, ketika kulihat pintu terbuka.

Sosok yang kunantikan akhirnya tiba. Rama datang. Ia mengenakan kemeja hitam bergaris abu yang kubelikan dua tahun lalu. Raut wajahnya lelah, pasti kerjaannya sedang banyak.

Aku segera berdiri, ingin memeluknya. Rinduku seperti tidak bisa dibendung lagi. Tapi aku segera berhenti ketika melihat seorang wanita di belakangnya.

Dinah.

Tanpa ragu, Dinah melingarkan tangannya di lengan Rama. Apa-apaan ini? Aku melangkah mundur dan menyandarkan diriku di tembok. Aku cukup yakin cahaya lilin tidak menjangkauku. Tampaknya ibu mengerti dan ikut bersembunyi di sebelahku.

Rama dan Dinah menuju meja tempat lilin. Diangkatnya bingkai foto yang berdiri di belakang setiap lilin. Rama dan Dinah bergantian mencium foto itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun