Merasa memilih bukan kewajiban;
Merasa tidak ingin dipaksa memilih;
Bentuk kebebasan berpendapat;
Merasa tidak melanggar undang-undang;
Tidak terlalu mengerti dan mengikuti politik Indonesia.
Alasan yang paling sering muncul adalah kebebasan perorangan dan ketidakpercayaan terhadap para paslon.
Berikut beberapa kutipan komentar responden yang setuju akan fenomena golput :
"Setuju, adanya golput bisa dikatakan menjadi indikator konsep berdemokrasi. Karena tidak semua calon yang ada bisa diterima khalayak umum dan tidaklah pantas untuk memaksakan kehendak pemilih untuk memilih yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya."
"Oya (golput) sah-sah saja. Saya harap walau golput tetap mencoblos. Menghindari suara kalian dimanipulasi. Kenapa golput? Mungkin nilai-nilai dari semua calon belum ada yang mewakili aspirasi kalian, malah mungkin bertentangan."
Berbanding dengan tanggapan persetujuan terhadap golput, tanggapan yang tidak setuju dengan adanya golput mayoritasnya memiliki alasan bahwa golput menyia-nyiakan hak pilih yang sudah diberikan kepada masyarakat dan merasa hak pilihnya bisa membawa dampak perubahan kepada Indonesia.
Dapat dilihat dari alasan-alasan tersebut mayoritas milenial baik yang setuju ataupun yang tidak setuju dengan adanya fenomena golput karena mereka sudah cukup kritis dengan keadaan politik di Indonesia. Walaupun masih ada yang beralasan tidak mengikuti perkembangan politik, namun alasan ini hanya diutarakan oleh sedikit responden.