"Kasus main hakim sendiri sering terjadi di daerah-daerah dengan kepercayaan rendah pada sistem hukum dan di mana masyarakat merasa tidak mendapatkan keadilan yang semestinya. Reaksi ini dapat menyebabkan penurunan kohesi sosial dan memicu peningkatan ketegangan dalam komunitas." (Matt Bowden dan John R. Topping)
Kasus pengeroyokan yang menimpa BH di Desa Sumber Suko, Sukolilo, Pati merupakan contoh tragis dari bagaimana kesalahan persepsi dan atribusi dapat berujung pada tindak kekerasan dan ketidakadilan. Kejadian ini mengingatkan kita pada pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai proses kognitif yang mempengaruhi persepsi sosial dan keputusan kelompok. Kesalahan atribusi fundamental memainkan peran besar dalam kasus ini. Warga yang melihat BH membuka mobil yang terparkir mungkin langsung menganggapnya sebagai pencuri, tanpa mempertimbangkan bahwa dia mungkin adalah pemilik sah mobil tersebut.
Dalam situasi darurat atau stres, orang cenderung membuat keputusan cepat berdasarkan informasi yang tersedia, sering kali dengan mengandalkan stereotip dan asumsi. Ini menunjukkan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dari penilaian terburu-buru dan perlunya verifikasi informasi sebelum mengambil Tindakan. Tulisan ini akan menguraikan kronologi kejadian, mengaitkan fenomena tersebut dengan konsep-konsep kognisi sosial, serta dampaknya pada masyarakat.
Kronologi Kejadian
Pada Kamis, 6 Juni 2024, BH, seorang pria berusia 52 tahun, ditemukan tewas di Desa Sumber Suko setelah dituduh mencuri mobil. BH sebenarnya bermaksud mengambil kembali mobil Honda Mobilio miliknya yang hilang. Dia bersama tiga temannya pergi ke wilayah Pati dengan mengendarai Toyota Sigra untuk menemukan mobil tersebut. Sesampainya di Sukolilo, BH menemukan mobilnya yang terparkir di halaman depan rumah AG dan langsung membukanya dengan kunci cadangan. Sementara BH mengendarai Mobilio, tiga temannya mengendarai Sigra. Dalam perjalanan, mereka terpisah, dan BH dikejar massa yang meneriakinya sebagai pencuri.
Setelah terjadi pengejaran, BH diserang oleh massa yang salah mengira dia sebagai pencuri mobil. Akibat penganiayaan tersebut, BH tewas di tempat. Polisi kemudian menangkap tiga pelaku dan memintai keterangan dari 19 saksi untuk mengungkap kejadian secara menyeluruh.
Dampaknya, para pengusaha rental mobil kini mulai memasukkan penyewa dengan KTP asal Pati dan tujuan ke Pati ke dalam daftar hitam. Banyak pengusaha rental merasa khawatir akan mengalami nasib yang sama dengan pemilik rental yang meninggal di Pati. Sebagai contoh, Erwin Rent Car Jogja telah memutuskan untuk mem-blacklist semua pelanggan dengan KTP Pati dan tidak akan menerima layanan antar/jemput atau sewa mobil yang menuju ke Pati. Erwin juga akan menolak semua permintaan untuk antar jemput atau sewa mobil menuju ke Pati dan akan mengembalikan uang secara penuh kepada mereka yang sudah terlanjur memesan.
Tidak hanya pengusaha rental mobil yang terpengaruh, namun banyak bisnis lokal lainnya juga mengalami penurunan permintaan dan pendapatan. Reputasi negatif yang menyelimuti daerah Pati membuat konsumen dan mitra bisnis enggan berinteraksi atau melakukan transaksi dengan bisnis yang berlokasi di sana.
Klub sepak bola di Pati juga mengalami kesulitan mencari sponsor. Dampak ini disebabkan oleh reputasi negatif yang dihasilkan oleh kejadian ini. Masyarakat telah meminta agar klub sepak bola di Pati tidak menerima sponsor dari perusahaan yang berhubungan dengan Pati, karena khawatir akan mengalami hal serupa dengan bos rental yang tewas di Pati. Organisasi besar seperti Muhammadiyah juga menunjukkan keprihatinan mereka terhadap kejadian ini. Beberapa anggota Muhammadiyah menolak untuk menjadi sponsor bagi klub sepak bola yang terlibat atau terdampak oleh insiden tersebut, yang semakin memperberat beban klub dalam mencari dukungan finansial.
Kasus pengeroyokan ini menjadi viral di media sosial, memicu berbagai komentar dan reaksi dari netizen. Berita dan opini yang tersebar luas ini turut memperburuk citra Pati di mata publik, serta memperpanjang dampak negatif terhadap masyarakat dan bisnis lokal.
Sebagai respons terhadap meningkatnya kejahatan di sekitar lokasi, kepolisian melakukan razia terhadap mobil dan motor bodong di Sumbersoko Sukolilo. Tindakan ini bertujuan untuk menekan angka kriminalitas dan memulihkan rasa aman di masyarakat.
Masyarakat setempat juga turut berpartisipasi dalam merespons kejadian ini. Beberapa warga menolak untuk menyewa mobil karena takut akan mengalami hal serupa dengan bos rental yang tewas. Kekhawatiran ini menunjukkan betapa dalamnya dampak psikologis yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut.
Proses Atribusi dalam Kognisi Sosial
Proses atribusi adalah salah satu konsep penting dalam kognisi sosial yang menjelaskan bagaimana individu menginterpretasikan dan memberikan alasan atas perilaku orang lain. Menurut teori atribusi, individu sering kali mengaitkan perilaku orang lain dengan faktor internal daripada situasional, sebuah kecenderungan yang dikenal sebagai kesalahan atribusi fundamental (Ross, 1977; Jones & Harris, 1967). Dalam konteks kasus BH, beberapa teori atribusi dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana dan mengapa massa melakukan kesalahan fatal tersebut.
Proses Atribusi dalam Kognisi Sosial
Proses atribusi adalah salah satu konsep penting dalam kognisi sosial yang menjelaskan bagaimana individu menginterpretasikan dan memberikan alasan atas perilaku orang lain. Menurut teori atribusi, individu sering kali mengaitkan perilaku orang lain dengan faktor internal daripada situasional, sebuah kecenderungan yang dikenal sebagai kesalahan atribusi fundamental (Ross, 1977; Jones & Harris, 1967). Dalam konteks kasus BH, beberapa teori atribusi dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana dan mengapa massa melakukan kesalahan fatal tersebut.
Atribusi Kausal
Atribusi kausal merujuk pada proses di mana individu menentukan sebab di balik tindakan orang lain. Dalam kasus BH, massa melakukan atribusi kausal dengan cepat dan menganggap BH sebagai pencuri mobil. Teriakan "maling" yang didengar oleh massa memicu mereka untuk membuat kesimpulan instan tanpa verifikasi lebih lanjut. Massa mengandalkan informasi yang paling cepat tersedia (heuristik ketersediaan) dan mengabaikan kemungkinan lain bahwa BH mungkin adalah pemilik sah mobil tersebut.
Kesalahan Atribusi Fundamental
Kesalahan atribusi fundamental adalah kecenderungan untuk lebih menekankan faktor internal atau disposisional daripada faktor situasional ketika menjelaskan perilaku orang lain. Dalam insiden ini, massa lebih cenderung melihat BH sebagai pribadi dengan niat jahat (pencuri) daripada mempertimbangkan situasi di mana BH berada (mencoba mengambil kembali mobilnya). Ini adalah contoh nyata dari kesalahan atribusi fundamental yang mengabaikan konteks situasional dan berfokus pada karakteristik individu.
Dinamisasi Kelompok dan Konformitas Sosial
Selain proses atribusi, dinamika kelompok dan konformitas sosial memainkan peran penting dalam insiden pengeroyokan ini. Ketika individu berada dalam kelompok besar, mereka cenderung menunjukkan perilaku yang berbeda dibandingkan saat mereka sendiri.
Deindividuasi
Deindividuasi adalah fenomena di mana individu dalam kelompok besar kehilangan rasa individualitas mereka dan menjadi lebih anonim. Dalam kondisi deindividuasi, orang sering merasa kurang bertanggung jawab atas tindakan mereka, yang dapat mengarah pada perilaku agresif dan tidak terkendali. Fenomena deindividuasi yang dijelaskan oleh Zimbardo (1969) menunjukkan bahwa dalam kelompok besar, individu cenderung kehilangan rasa tanggung jawab pribadi dan bertindak lebih agresif.
Dalam kasus ini, massa yang mengejar dan menyerang BH mungkin mengalami deindividuasi, di mana mereka merasa lebih berani untuk bertindak keras karena mereka adalah bagian dari kelompok besar. Ini menyoroti perlunya intervensi yang efektif untuk mengendalikan kerumunan dan mencegah kekerasan kelompok.
Konformitas
Konformitas adalah proses di mana individu menyesuaikan sikap, keyakinan, dan perilaku mereka agar sesuai dengan norma kelompok. Ketika beberapa individu dalam massa mulai menyerang BH, lainnya mungkin merasa terdorong untuk mengikuti meskipun mereka tidak yakin tentang kesalahan BH. Tekanan untuk konformitas sosial dan ketakutan akan ostrasisme dapat membuat individu bertindak melawan penilaian pribadi mereka sendiri.
Dampak Psikologis dan Sosial
Trauma Kolektif
Peristiwa seperti ini tidak hanya meninggalkan trauma pada keluarga korban tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Kekerasan yang terjadi di depan umum bisa menimbulkan rasa ketidakamanan dan ketidakpercayaan antarwarga. Trauma kolektif ini dapat memperkuat stereotip negatif dan meningkatkan ketegangan sosial. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Reicher, Spears, dan Postmes (1995), kasus ini menyebabkan trauma kolektif di masyarakat, yang memperkuat ketidakpercayaan dan ketegangan sosial.
Stigma dan Diskriminasi
Dampak lainnya adalah stigma yang berkembang terhadap pihak-pihak tertentu. Dalam kasus ini, polisi daerah Pati mengalami tekanan dari masyarakat yang menuntut agar mereka dipersulit saat naik jabatan. Masyarakat juga meminta agar klub sepak bola di Pati tidak menerima sponsor dari perusahaan yang terkait dengan daerah tersebut karena kekhawatiran akan mengalami nasib serupa dengan BH. Ini menunjukkan bagaimana suatu insiden bisa memicu diskriminasi yang meluas dan tidak rasional.
Tindakan Kepolisian dan Preventif
Tindakan kepolisian tidak hanya terbatas pada penegakan hukum, tetapi juga mencakup langkah-langkah preventif untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Polda Jateng menyatakan bahwa mereka tidak hanya akan memproses hukum para pelaku, tetapi juga melakukan tindakan preventif yang mencakup pendidikan masyarakat dan peningkatan patroli keamanan.
Tindakan cepat dari pihak kepolisian dalam menangkap pelaku dan melakukan penyelidikan adalah langkah yang positif. Namun, kasus ini juga menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dalam pencegahan kekerasan. Penegak hukum harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal dari kerumunan yang berpotensi menjadi kekerasan dan memiliki strategi untuk meredakan situasi sebelum eskalasi terjadi. Edukasi dan pelatihan dalam kognisi sosial juga dapat membantu penegak hukum dalam menjalankan tugas mereka dengan lebih efektif.
Rekomendasi untuk Masyarakat dan Penegak Hukum
Pendidikan Kognisi Sosial
Pendidikan masyarakat tentang kognisi sosial dan dampak dari kesalahan atribusi sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang proses kognitif yang dapat menyebabkan kesalahan persepsi dan atribusi. Program edukasi yang menjelaskan kesalahan atribusi fundamental dan efek deindividuasi dapat membantu masyarakat lebih kritis dalam menilai situasi dan mengurangi kejadian main hakim sendiri.
Pelatihan untuk Penegak Hukum
Penegak hukum juga perlu mendapatkan pelatihan yang mendalam mengenai kognisi sosial. Pelatihan ini bisa mencakup teknik-teknik untuk mengidentifikasi tanda-tanda kerumunan yang berpotensi menjadi kekerasan dan strategi untuk meredakan situasi sebelum eskalasi terjadi.
Kampanye Anti-Kekerasan
Kampanye anti-kekerasan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dapat membantu menyebarkan pesan damai dan menekankan pentingnya tindakan hukum yang tepat. Media sosial juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong sikap kritis terhadap informasi yang beredar. Kampanye anti-kekerasan yang melibatkan tokoh masyarakat, selebriti, dan influencer dapat membantu menyebarkan pesan damai dan menekankan pentingnya tindakan hukum yang tepat. Kampanye ini juga bisa menggunakan media sosial untuk mencapai audiens yang lebih luas dan meningkatkan kesadaran tentang bahaya kekerasan main hakim sendiri.
Penutup
Kasus pengeroyokan BH di Sukolilo, Pati merupakan contoh nyata dari bagaimana kesalahan atribusi dan dinamika kelompok dapat berujung pada tragedi. Pentingnya pemahaman mendalam proses kognitif seseorang yang mempengaruhi persepsi dan tindakan kepada orang lain. Pemahaman mendalam tentang proses kognisi sosial, seperti atribusi kausal dan kesalahan atribusi fundamental, dapat membantu kita menganalisis dan memahami penyebab di balik tindakan massa.
Dengan mengedukasi Masyarakat, melatih penegak hukum, dan mengadakan kampanye anti-kekerasan, kita dapat mengurangi risiko terulangnya kejadian serupa dan diharapkan dapat dihindari di masa mendatang. Kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menilai situasi dan lebih bertanggung jawab dalam tindakan kita sehari-hari. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pembaca untuk lebih kritis dalam menilai situasi dan mendorong tindakan yang lebih bertanggung jawab di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dirk Moses. (2006). Collective trauma and the social construction of meaning. International Journal of Politics, Culture, and Society, 19(4), 343-366.)
Annisa Adha Azzahra. (2024, Juni 21). Dampak Besar Kasus Pengeroyokan di Sukolilo, Kini Masyarakat Minta Polisi Daerah Pati Dipersulit Saat Naik Jabatan. https://www.kilat.com/nasional/84412959861/dampak-besar-kasus-pengeroyokan-di-sukolilo-kini-masyarakat-minta-polisi-daerah-pati-dipersulit-saat-naik-jabatan
Bowden, M., & Topping, J. R. (2012). Dampak sosial dan psikologis dari kasus main hakim sendiri dalam konteks komunitas di Irlandia Utara. Crime Prevention and Community Safety: New Directions, SAGE.
E. K. Voskanyan. (2014). Collective trauma and the Armenian genocide: Armenian identity, diaspora, and transcultural trauma. Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma, 23(7), 679-698.)
Egi Nurcahyani. (2024, Juni 21). Kekerasan Jadi Hal Biasa? Dampak Kasus Sukolilo Klub Sepak Bola di Pati Kesulitan Mencari Sponsor. https://www.jurnaltinta.com/nasional/44712954787/kekerasan-jadi-hal-biasa-dampak-kasus-sukolilo-klub-sepak-bola-di-pati-kesulitan-mencari-sponsor
Fiske, S. T., Gilbert, D. T., & Lindzey, G. (2010). Handbook of Social Psychology. Wiley.
Fiske, S. T., & Taylor, S. E. (2017). Social Cognition: From Brains to Culture. SAGE Publications.
Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations. Wiley.
Joko Laksono. (2024, June 19). Kasus Pengeroyokan BOS rental Mobil Di Sukolilo Pati, Tersangka Bisa Bertambah. beritasatu.com. https://www.beritasatu.com/jateng/2823544/kasus-pengeroyokan-bos-rental-mobil-di-sukolilo-pati-tersangka-bisa-bertambah
Jones, E. E., & Harris, V. A. (1967). The attribution of attitudes. Journal of Experimental Social Psychology, 3(1), 1-24.
M. Al-Krenawi & J. Graham. (2012). The psychological impact of collective violence: A case study of the ongoing crisis in Syria. International Journal of Mental Health, 41(3), 34-49.)
Reicher, S., Spears, R., & Postmes, T. (1995). A social identity model of deindividuation phenomena. European Review of Social Psychology, 6(1), 161-198.
Ross, L. (1977). The intuitive psychologist and his shortcomings: Distortions in the attribution process. In L. Berkowitz (Ed.), Advances in Experimental Social Psychology (Vol. 10, pp. 173-220). Academic Press.
Zimbardo, P. G. (1969). The human choice: Individuation, reason, and order versus deindividuation, impulse, and chaos. In W. J. Arnold & D. Levine (Eds.), Nebraska Symposium on Motivation (Vol. 17, pp. 237-307). University of Nebraska Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H