Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ini yang Saya Temukan Setelah Nonton "Squid Game"

5 Oktober 2021   17:50 Diperbarui: 5 Oktober 2021   18:06 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadilah ia dan kelompoknya mengantre dua kali. Akibatnya, jatah makanan orang lain diambil oleh mereka. Lalu apa yang terjadi? Jelas disitu terjadi perkelahian di antara keduanya. 

Si preman bahkan sampai membunuh hanya untuk makan. Jika dipikir dengan logika, untuk apa berkelahi sampai melepas nyawa hanya untuk sebutir telur? 

Tapi, kondisinya berbeda. Para peserta seperti hidup di hutan belantara, jatah makan pun terbatas. Di situlah sisi animalitas manusia muncul. Bagi saya ini tidak ada bedanya dengan hewan yang berebut buruan. 

Inilah sisi animalitas yang saya maksud. Di sisi lain, para staff juga sengaja menciptakan kondisi itu agar sisi animalitas para manusia itu timbul. Apalagi, setelah insiden perkelahian itu, orang yang mati dianggap tereliminasi. 

Hadiah uang pun bertambah. Tentu saja hukum rimba pun berlaku, siapa yang kuat ia yang menang. Maka terjadilah keriburan yang merenggut banyak nyawa peserta. 

Jadi, kondisi yang seperti itu membuat sisi animalitas manusia keluar. Saya kira itu adalah insting untuk bertahan dalam hidup. Apalagi, konsep dari permainan ini di desain seperti itu. 

Maka, tidak heran jika insting membunuh, rakus, bahkan bersiasat dipakai. Saya kira memang seperti itulah konsep di dunia nyata sebelum kita mengenal apa itu norma.

Misoginis

Ada satu hal yang menarik lagi, Squid Games disebut-sebut mempertontonkan misoginis alias kebencian pada wanita. Hal ini ditunjukan pada peran si ibu rumah tangga yang mencari perlindungan pada orang kuat.

Si ibu itu bahkan rela menjual tubuhnya demi bisa bertahan hidup. Akan tetapi, meskipun si ibu sudah memberikan tubuhnya pada si preman, nyatanya si preman berkhianat pada permainan tarik tambang. 

Si ibu dibuang karena dianggap tidak berguna pada permainan tarik tambang. Apa yang ia lakukan termasuk memberi tubuh pada si preman sia-sia. Beberapa kalangan menyebut bahwa adegan itu sebagai simbol misoginis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun