Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Karakter Asli Anies Semakin Kelihatan?

4 April 2017   12:43 Diperbarui: 4 April 2017   12:52 9621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral hoax yang disebut mengfitnah Anies-Sandiaga (Twitter)

Najwa membaca pertanyaan dari seorang netizen kepada Anies, kenapa Anies terkesan diam, dan membiarkan berbagai isu SARA, tudingan munafik, tamasya Al Maidah dan larangan menyolatkan jenazah, apakah itu karena isu SARA itu menguntungkannya?

Anies tidak menjawab pertanyaan itu secara tegas, kesempatan menjawab pertanyaan itu lagi-lagi malah dipakai Anies untuk menyerang Ahok, hal yang menambah pembenaran penilaian bahwa di sepanjang acara debat itu Ahok sibuk berbicara tentang program-program kerjanya untuk rakyat DKI Jakarta, sedangkan Anies sibuk berbicara tentang keburukan-keburukan Ahok menurut versinya.

Anies memang ada menjawab bahwa meskipun bukan tim suksesnya yang melakukannya, tetapi ia sendiri sudah menyebarkan surat himbauannya agar isu SARA, khususnya tentang spanduk tidak menyolatkan jenazah pendukung Ahok itu dihentikan dan diturunkan.

Tetapi, sebagaimana yang pernah saya tulis di artikel saya yang lalu (baca di sini), saya sangat meragukan ketulusan hati Anies saat menyebarkan surat himbauannya itu, karena baru dilakukan setelah hampir satu bulan penyebaran spanduk itu terjadi, sudah cukup efektif mempengaruhi dan meresahkan masyarakat, sudah dikecam tokoh-tokoh Islam moderat, dan spanduknya sudah banyak diturunkan Pemprov DKI Jakarta, barulah ia membuat surat itu.

Di saat melakukan kampanye-kampanye di masjid-masjid pun (suatu tindakan yang dilarang KPU), Anies beberapakali mengatakan bahwa aksi-aksi dengan nama “Aksi Bela Islam”, dan pengadilan terhadap Ahok, merupakan perwujudan umat Islam mencari keadilan karena Ahok menghujat agama Islam.

Padahal, kita pun tahu bahwa aksi-aksi yang mengatasnamakan agama islam itu sesungguhnya merupakan aksi-aksi politik yang memperalat agama untuk mendapat pembenaran dan dukungan, guna bisa menjatuhkan Ahok agar dia tidak bisa lagi menjadi gubernur DKI Jakarta.

Anies tidak pernah mengkritik aksi-aksi politik yang memanfaatkan agama itu, ia malah secara tak langsung mendukungnya, dengan menyatakan bahwa aksi-aksi tersebut merupakan hak konstitusional masyarakat, termasuk dengan aksi 313 yang jelas-jelas merupakan aksi politik memperalat agama dan masjid untuk menggusur Ahok dan mendukung Anies-Sandiaga.

(Dengar juga pernyataan Ketua PBNU  KH. Said Aqil Siradj tentang politisasi agama demi kepentingan politik di pilgub DKI, di YouTube)

Di dalam seruannya Itupun terkesan kuat Anies justru membela aksi SARA itu dengan menyatakan sumber permasalahannya ada pada Ahok sendiri, yang terlebih dahulu main ancam-mengancam, seperti mengancam warga yang tidak memilih Ahok-Djarot, tidak akan mendapat KJS, KJP, dan bantuan-bantuan sosial lainnya dari Pemprov DKI Jakarta, padahal ancaman itu tidak pernah dilakukan oleh Ahok, maupun tim suksesnya.

Ahok bahkan beberapakali pernah menegaskan, warga yang tidak memilihnya pun akan tetap diperlakukan sama untuk program-program bantuan sosial dari Pemprov DKI Jakarta yang dipimpinnya, saat ini, maupun jika ia terpilih lagi sebagai gubernur DKI Jakarta.

Jika Anies sungguh serius dengan seruannya itu, ia akan dengan mudah bisa mengontak siapa yang menjadi sumber dari penyebaran isu SARA itu, termasuk penyebaran spanduk-spanduk tidak menyolatkan jenazah pendukung Ahok di masjid-masjid, agar menghentikan serangan SARA itu, sebab saya yakin Anies tahu siapa saja yang sebenarnya sumber pembuat dan penyebaran isu SARA itu, yang salah satunya yang diduga sebagai sumber penyebaran serangan SARA itu adalah Sekjen FUI Muhammad Al-Khaththath, penggagas Aksi 313, yang kini ditahan polisi dengan tuduhan hendak melakukan makar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun