Lalu, di mana massa pengunjuk rasa dari warga setempat yang tadinya dikabarkan akan melakukan aksi penolakan terhadap kedatangan Ahok di sana, yang konon mencapai 500 orang itu?
Ternyata ajakan dan provokasi untuk menolak kedatangan Ahok itu berasal dari Koordinator Forum Kecamatan Jatinegara sekaligus Ketua RW 02 Bali Mester, Anas Saibu.
Ia mengajak warga setempat yang ingin menolak kedatangan Ahok agar berkumpul di TPU Kebon Nanas, tidak jauh daru lokasi Ahok meresmikan RPTRA itu. Menurut Anas, rencananya yang ikut dalam aksi unjuk rasa itu ada 500 orang yang berasal dari berbagai elemen organisasi.
Ternyata, dari Ahok datang, sampai pulang, tidak ada satu pun warga yang memenuhi ajakannya itu. Mereka malah gembira ria dengan RPTRA-nya yang baru, dan ramai-ramai foto bersama Ahok.
Alhasil hanya Anas dan segelintir teman-temannya yang berdiri bengong di sana selama beberapa jam.
Faktanya, dia sendiri yang mengalami shock, berjam-jam menunggu ada warga yang mendukung aksinya menolak Ahok, tapi jangankan 500 orang, satu orang pun dari warga tidak ada yang tertarik dengan provokasinya itu.
Sedangkan FPI yang telah beberapakali diduga beraksi mengatasnamakan warga setempat melakukan aksi menolak Ahok di beberapa acara sebagaimana disebut di atas, rupanya hampir putus asa sendiri, karena selain aksinya tidak berhasil sesuai dengan harapan, malah kedoknya semakin terungkap.
Publik pun semakin tahu bahwa ternyata aksi-aksi penolakan terhadap Ahok itu bukan dari warga setempat, melainkan “kiriman” dari wilayahlain yang diduga kuat dibeking oleh beberapa pihak, termasuk FPI.
Ahok sendiri saat diminta komentarnya, menyatakan tidak gentar dengan segala macam aksi unjuk rasa yang mengacamnya dengan aksi-aksi anarkis. Ia mengingatkan mereka yang sangat membencinya itu agar jangan menyerangnya dengan ancaman dan aksi-aksi anarkis karena yang diserang dan diancam itu bukanlah dirinya pribadi sebagai Ahok, tetapi sesungguyhnya yang diserang adalah pejabat tinggi negara, seorang gubernur (DKI Jakarta). Kalau mau melawannya, hendaknya dilakukan dengan cara-cara konstitusional, demokratis, sportif, dengan mengirim kandidatnya di pilgub DKI 2017.
"Kalau anda mau ancam Ahok, silakan pribadi. Tapi saya ini gubernur, kalaunggak suka dengan saya sebagai gubernur, silakan kirim calon melawan saya 15 Februari 2017. Itu baru namanya beradab!", katanya saat ditanya wartawan tentang ancaman dan unjuk rasa anarkis itu.