Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Delon di Tahun 1990

12 Februari 2024   15:34 Diperbarui: 13 Februari 2024   08:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.jatimnetwork.com/gaya-hidup/4310846260 

Delon memberanikan diri meminta alamat rumah Dina, entah apa yang ada dalam pikiran Delon, diapun heran kenapa ia menanyakan alamat Dina. Seakan mulutnya tak sinkron dengan hatinya.

Dina menuliskan alamat rumahnya dalam lembaran buku agenda Delon.

“Jangan lupa sering main ke rumahku ya Kak !” Pinta Dina pada Delon.

“Pastinya kalau aku kebetulan lewat sana ya, tapi apakah tidak ada yang marah jika aku ke rumahmu ?” Delon menjawab seadanya sembari menunggu serius jawaban Dina.

“ya gak ada yang marah dong kak, justru aku senang kakak mampir main ke rumahku.” Dina sedikit tertawa menanggapinya.

Entah mengapa perasaan Delon saat itu sangat bahagia serasa diangkat beberapa Malaikat terbang diantara celah-celah gumpalan awan di langit biru yang cerah saat itu.

Aku masih ingat, pukul 11.00 siang hatiku bergetar berdegub kencang. Aku melihat semua ciptaan yang Maha Kuasa indah semua saat itu. Mungkin karena aku sedang mabuk oleh cinta, cinta yang membuat indah segalanya. Cinta yang bisa menghapus kesedihan menebarkan rasa tentram dan damai yang mempunyai keindahan tersendiri di hati manusia dan semua makhluk hidup.

                                                                                                                                     ***

Baru selesai Ayam Jantan lelah berkokok, embun pagi masih bergelayut manja pada pucuk dedaunan. Kabut masih mendekap erat Kota Bandung. Larik-larik sinar mentari pagi menembus celah dedaunan. Mataku nanar memandang ke arah kejauhan. “Aku mau kuliah dimana ya ?”

Ayahku menyarankanku Kuliah Jurusan Mesin, katanya akan mudah cari kerja. Tahun 90an perindustrian di Indonesia sedang pesat berkembang, setidaknya akan membutuhkan Sarjana Teknik Mesin yang cukup Banyak. Meski Aku tak keberatan dengan pilihan ayahku namun aku lebih minat kuliah jurusan Teknik Arsitektur. Sejak kecil aku sangat gemar menggambar, bahkan saat pelajaran gambar teknik di SMA aku kerap mendapatkan nilai istimewa dari guruku. Hasil karyaku akan dibawa berkeliling ke tiap kelas oleh guruku sebagai contoh gambar yang bagus dan baik kepada teman-temanku.

“Nanti akan aku pikirkan lagi mana yang bagus buatku, kuliah aku yang jalani maka pilihanku harus tepat agar bisa menyelesaikan perkuliahan dengan baik.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun