Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Irin Menjadi Monumen Pengingat

19 Oktober 2023   08:00 Diperbarui: 19 Oktober 2023   11:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Di seat depan ya mbak. Silahkan.” Dia meletakkan tas di seat paling depan, di belakang pengemudi. Kebetulan itu tempat favorit kalau Marta sedang naik bus.

Dari dalam bus Marta masih sempat melihat Irin berlari-lari entah apa yang dicarinya.

“Tu lihat mbak, bener kan saya bilang. Dia langsung setor ke ibunya. Dasar badak betina pemeras. Dulu dia wanita peliharaan Kepala Terminal.”

“Irin bapaknya ada di terminal juga ?” 

“Sudah mati. Dulu, bapaknya Kepala Terminal. Namanya Kasairin. Tapi dia, orangnya terlalu rakus, sombong, penjilat dan tukang fitnah. Akhirnya dikeroyok dan digebukin oleh orang banyak, hingga mati mengenaskan. Lehernya hampir putus, kepalanya pecah. Sekarang anaknya sengaja dibiarkan hidup bebas di terminal. Oleh orang-orang, anak itu dipanggil Irin, sebagai pengingat kelakuan bapaknya yang tidak punya akhlak, Kasairin.”

Marta hanya bisa terpana mendengar cerita yang cukup panjang itu. Matanya sendu menatap Irin, seorang anak tanpa dosa, terlahir tidak sempurna, dijadikan sebagai monumen peringatan atas kerusakan akhlak bapaknya. 

“Sangat kejam,” bisiknya dalam hati.

Tidak terasa tangan Marta perlahan mengeluarkan selembar sapu tangan dari dalam tas, dan menahan air mata yang mengalir menuruni pipinya, yang sudah benar-benar lengket dan berminyak.

Letupan knalpot bus yang ditumpangi Marta membuyarkan angan-angannya yang terlanjur tinggi melambung. Bus mulai merayap sebelum kemudian melaju cepat, meninggalkan Irin yang entah sampai kapan dia harus memainkan perannya.

(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun