“Siapa namamu ?”
Tidak yakin pertanyaan itu untuk dirinya, dia menunjuk dadanya.
“Iya, siapa namamu ?” ulang Marta
“Irin,” jawabnya. Suaranya mendesis hampir tidak terdengar.
“Irin ?”
Dia mengangguk.
“Baiklah aku panggil Irin,” tegas Marta sambil memegang tangan Irin. “Haah….” tersentak Marta ketika telapak tangannya menyentuh lengan Irin, seperti memegang kertas amplas yang kasar. Bahkan sesekali ia menahan napas, ketika bau menyengat dari tubuh Irin menerobos masuk saluran pernafasannya. Entah sudah seberapa lama Irin tidak mandi.
“Kopi panas mbak,” pedagang kopi asongan mencoba menawarkan dagangannya dengan ramah, mencairkan ketegangan suasana.
“Makanannya ada ?" Tanya Marta.
“Ada mbak.”
Di sudut warung yang masih gelap, di bawah cahaya temaram lampu jalanan, Marta memesan kopi susu dan mengambil beberapa makanan, dimasukkan dalam kantong plastik. Irin sudah duduk di aspal jalan, di sebelah kaki Marta.