Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Irin Menjadi Monumen Pengingat

19 Oktober 2023   08:00 Diperbarui: 19 Oktober 2023   11:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, dari kecil dia hidup di terminal. Memang kasihan sih….”

“Dibuang orang tuanya ?”

“Bukan dibuang mbak. Tapi tidak diurus.”

“Oh, kalau gitu orang tuanya ada dong.”

Dia tidak menggubris, tiba-tiba sorot matanya berubah seperti melihat sesuatu yang menakutkan. Bola matanya berputar-putar tertuju ke berbagai arah. Lantas meracau entah apa yang dia katakan. Itu tidak terlalu penting bagi Marta.

Udara dingin belum berhenti menusuk-nusuk tulang. Satu dua kios sudah mulai membuka rolling door. Marta merogoh saku jaketnya, mengeluarkan selembar uang, lalu menyodorkannya ke Irin yang berada tidak jauh dari dirinya. Irin langsung meraihnya, dan secepat kilat dia berlari menjauh.

“Langsung setor dia….”

“Setor ? Ke siapa ?” Tanya Marta.

“Ke ibunya mbak, dia punya ibu, meskipun tidak mau mengurusnya.”

“Ibunya di terminal juga ?”

“Mbak, itu busnya sudah masuk. Ayo saya bantu.” Tidak perlu menunggu persetujuan dan setengah memaksa, awak bus itu dengan sigap langsung menggamit tas ransel Marta. Tidak bisa menolak, setengah berlari Marta pun patuh mengikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun