"Menulis puisi itu mirip seperti lirik lagu. Polanya  berima  dan ada bait seperti pantun tapi lebih bebas."
"Apakah ada sampiran dan isi juga", tanya Ratna.
"Tidak, semuanya isi tapi bermain dengan diksi."
"Diksi?" Wajah  Ridwan kebingungan.
"Diksi itu pendidikan yang penuh aksi kaya tampilan bapak ini. Rapih klimis", celoteh Ratna diikuti gelak tawa sekelas membuatku tersipu.
"Diksi itu seperti kalimat 'Engkaulah kasihku, belahan jiwaku' di lagu Nada Nada Cinta. Â Belahan jiwa itu diksi denotatif artinya bagian jiwa. Paham? "
"Seperti kalimat 'Seribu cobaan yang aku rasakan'. Kata seribu cobaan artinya banyak cobaan", seorang siswa berkacamata tebal menjawab.
"Benar. Sebelum belajar membuat puisi, kita akan belajar macam-macam diksi."
"Pak boleh nggak belajarnya sambil nyanyi", Ratna menunjuk gitar tergantung di dinding kelas.
"Siapa takut", jawabku trengginas. Kusambar gitar lalu kunyanyikan lagu Nada Nada Cinta.