Jumlah door prize yang dibagikan lumayan banyak, hanya orang orang kurang beruntung yang tidak dapat. Saya salah  satu peserta yang kurang beruntung karena yang tidak mendapatkan doorprize yang jumlahnya puluhan. Belakangan saya sadar bahwa sebetulnya ini kampanye terselubung salah satu partai yang pro pemerintah.
Tapi sudahlah selama dapat makan gratis ataupun serangan fajar yang penting saya memiliki hak suara dan tidak tergadai.
Nyoblos Pertama
Hari yang dinanti itu akhirnya tiba, saya sudah siap mencoblos dengan segenap keyakinan. Walau beberapa temen pemilih pemula deg-degan ketika melihat bilik suara.
"Memang di dalam situ ada apa?"
"Meja... dan paku..."Â
"Kok kamu tahu?"
"Lah Bapak aku kan panitia jadi kemarin sempat mengintip pas persiapan."
"Yakin nggak ada kamera?"
"Eh pemilu kan LUBER (Langsung, Â Umum, Bebas dan Rahasia), jadi kerahasiaan pilihan pasti dijamin."
Sebetulnya jauh sebelum PEMILU pertama saya sudah pernah masuk bilik suara, yang kalau jaman dulu beneran bilik triplek dengan gorden panjang menjuntai, mirip kamar kos-kosan atau WC umum. Waktu ibu saya menemani ibu untuk mendapatkan haknya mencoblos. Saat beliau akan masuk bilik suara, saya tidak mau ditinggal dan menangis sejadi-jadinya. Kalau orang tua jaman sekarang bilang tantrum, nangis kejer sambil kelosotan di lantai.