"Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri"
____Pramoedya Ananta Toer
Bahasa merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia. Ia berfungsi sebagai alat komunikasi, identitas budaya, dan wahana ekspresi diri. Sebagai putra-putri bangsa Indonesia yang multilingual, kita patut acuh terhadap keberadaan Trigatra Bangun Bahasa, konsep yang mengatur penggunaan bahasa di negara kita. Konsep ini menekankan tiga hal utama: utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Trigatra Bangun Bahasa lahir tak lama setelah disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Kehadirannya menjadi pedoman penting dalam menjaga eksistensi dan mengembangkan bahasa di Indonesia.
Esai ini akan mengulas lebih dalam mengenai urgensi Trigatra Bangun Bahasa bagi bangsa Indonesia. Pembahasan akan dimulai dengan menelaah 'utamakan bahasa Indonesia' dan 'lestarikan bahasa daerah'. Selanjutnya, esai ini akan mengkaji pentingnya konsep 'kuasai bahasa asing'.
Melalui pemaparan yang sederhana, esai ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya penerapan Trigatra Bangun Bahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan memahami dan mengamalkan Trigatra Bangun Bahasa, diharapkan masyarakat Indonesia dapat menggunakan bahasa secara bijak, serta berkontribusi dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan bahasa di Indonesia.
Utamakan Bahasa Indonesia
Dalam konteks Trigatra Bangun Bahasa, "utamakan bahasa Indonesia" menempati posisi pertama dan menjadi fondasi utama. Hal ini menegaskan peran sentral bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang memiliki kedudukan dan fungsi krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengutamaan bahasa Indonesia bukan berarti mengesampingkan bahasa daerah maupun bahasa asing, melainkan menempatkannya sebagai prioritas dalam berbagai ranah, terutama dalam komunikasi resmi kenegaraan, pendidikan, dan interaksi antarsuku di Indonesia.
Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia lahir dari semangat Sumpah Pemuda 1928 yang mengikrarkan "bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: bahasa Indonesia". Â Peran pemersatu ini menjadi krusial mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia hadir sebagai jembatan komunikasi yang memungkinkan masyarakat dari Sabang sampai Merauke untuk saling memahami dan berinteraksi, meruntuhkan sekat-sekat perbedaan, dan memperkuat persatuan nasional.
Di ranah pendidikan, bahasa Indonesia berperan sebagai bahasa pengantar utama dalam proses pembelajaran. Melalui bahasa Indonesia, siswa dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa dapat mengakses ilmu pengetahuan dengan mudah. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik akan mendorong kemampuan literasi, Â berpikir kritis, dan mengembangkan potensi diri secara optimal. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di sekolah juga menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air sejak dini.
Lebih lanjut, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai simbol identitas nasional.  Ia merepresentasikan jati diri bangsa Indonesia dan membedakannya dari bangsa lain. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik di dalam maupun luar negeri, mencerminkan  kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah air.  Di era globalisasi, bahasa Indonesia menjadi salah satu identitas yang  membawa  nama Indonesia di kancah dunia.
Pengutamaan bahasa Indonesia juga penting dalam menjaga kelangsungan eksistensinya. Dengan menjadikannya sebagai bahasa utama dalam berbagai aspek kehidupan, bahasa Indonesia akan terus berkembang dan memperkaya khazanah kosakatanya. Hal ini  penting untuk menghadapi tantangan zaman dan  memastikan bahasa Indonesia tetap relevan  di masa depan.
Namun, pengutamaan bahasa Indonesia bukan berarti  menafikan keberadaan bahasa daerah dan bahasa asing.  Ketiganya harus berjalan beriringan dan saling melengkapi.  Bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan, sedangkan  penguasaan bahasa asing  membuka jendela dunia dan  meningkatkan daya saing bangsa.  Dengan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai landasan,  diikuti dengan pelestarian bahasa daerah dan penguasaan bahasa asing, bangsa Indonesia dapat membangun jati diri yang kuat dan  berjaya di  era global.
Lestarikan Bahasa Daerah
Dalam bingkai Trigatra Bangun Bahasa, "lestarikan bahasa daerah" menjadi pilar kedua yang tak kalah penting.  Setelah mengutamakan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa,  keberadaan bahasa daerah perlu mendapatkan perhatian serius.  Bahasa daerah merupakan kekayaan budaya tak benda yang menjadi bagian integral dari identitas suatu masyarakat.  Ia merefleksikan sejarah, kearifan lokal, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun temurun.  Melestarikan bahasa daerah berarti menjaga  akar budaya bangsa dan memperkaya khazanah budaya Indonesia.
Salah satu alasan utama pentingnya melestarikan bahasa daerah adalah karena ia merupakan cerminan identitas  suku bangsa.  Setiap bahasa daerah memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, baik dalam hal  fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik.  Keunikan ini mencerminkan  cara pandang, nilai-nilai, dan kearifan lokal  yang dimiliki oleh masyarakat penuturnya.  Hilangnya suatu bahasa daerah  berarti hilangnya  sebagian  identitas dan warisan budaya bangsa.
Selain sebagai identitas, bahasa daerah juga berfungsi sebagai  wahana  transfer ilmu pengetahuan dan  kearifan lokal.  Banyak  pengetahuan tradisional,  cerita rakyat,  nyanyian,  dan  ungkapan  yang  hanya  terdokumentasi  dalam bahasa daerah.  Melestarikan bahasa daerah berarti  menjaga kelestarian  pengetahuan  dan  kearifan  tersebut agar  dapat  diwariskan  kepada generasi mendatang.
Di sisi lain,  bahasa daerah juga berperan penting dalam  mengembangkan  potensi  diri  dan  kreativitas.  Masyarakat  yang  menguasai  bahasa daerahnya  cenderung  memiliki  kemampuan  berbahasa  yang  lebih  baik,  termasuk  dalam  berbahasa Indonesia.  Hal ini karena  bahasa daerah  merupakan  fondasi  dalam  mempelajari  bahasa  lain.  Selain itu,  bahasa daerah  juga dapat  menjadi  sumber  inspirasi  dalam  berbagai  bidang,  seperti  seni,  sastra,  dan  musik.
Namun,  eksistensi bahasa daerah saat ini  menghadapi berbagai tantangan.  Globalisasi,  migrasi,  dan  dominasi  bahasa  Indonesia  menyebabkan  banyak  penutur  bahasa daerah,  terutama  generasi muda,  beralih  menggunakan  bahasa Indonesia  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Hal ini  mengakibatkan  bahasa daerah  semakin  terpinggirkan  dan  terancam  punah.
Oleh karena itu,  upaya  pelestarian  bahasa daerah  perlu  dilakukan  secara  serius  dan  berkelanjutan.  Pemerintah,  lembaga pendidikan,  dan  masyarakat  memiliki  peran  penting  dalam  melestarikan  bahasa daerah.  Beberapa  upaya  yang  dapat  dilakukan  antara  lain:  mengintegrasikan  bahasa daerah  dalam  kurikulum  pendidikan,  menggalakkan  penggunaan  bahasa daerah  dalam  berbagai  kegiatan,  mendokumentasikan  dan  mempromosikan  bahasa daerah  melalui  berbagai  media,  serta  menciptakan  lingkungan  yang  kondusif  bagi  penggunaan  bahasa daerah.
Melestarikan bahasa daerah  bukanlah  tugas  yang  mudah,  namun  bukan  berarti  mustahil.  Dengan  kesadaran  dan  komitmen  bersama,  kita  dapat  menjaga  warisan  leluhur  ini  dan  mempertahankan  kekayaan  budaya  Indonesia  untuk  generasi  mendatang.
Kuasai Bahasa Asing
Dalam kerangka Trigatra Bangun Bahasa, "kuasai bahasa asing" menjadi sayap ketiga yang memungkinkan bangsa Indonesia terbang tinggi di kancah global. Setelah mengutamakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa dan melestarikan bahasa daerah sebagai akar budaya, penguasaan bahasa asing menjadi kunci untuk membuka jendela dunia, memperluas wawasan, dan meningkatkan daya saing di era globalisasi.
Di era yang serba terhubung ini,  penguasaan bahasa asing bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan.  Bahasa asing menjadi  alat komunikasi  yang  memungkinkan  kita  untuk  berinteraksi  dengan  masyarakat  dari  berbagai  belahan  dunia,  mengakses  informasi  dan  pengetahuan  global,  serta  berpartisipasi  aktif  dalam  berbagai  kegiatan  internasional.  Dengan  menguasai  bahasa asing,  kita  dapat  memperoleh  pemahaman  yang  lebih  luas  tentang  berbagai  budaya,  ideologi,  dan  cara  pandang,  sehingga  mampu  mengembangkan  sikap  toleransi  dan  menghargai  keberagaman.
Penguasaan bahasa asing juga menjadi  faktor penting  dalam  meningkatkan  daya  saing  bangsa.  Di  dunia  kerja,  kemampuan  berbahasa  asing  menjadi  salah  satu  kriteria  utama  yang  dicari  oleh  banyak  perusahaan.  Individu  yang  menguasai  bahasa  asing  memiliki  peluang  lebih  besar  untuk  mendapatkan  pekerjaan  yang  baik,  mengembangkan  karir  di  tingkat  internasional,  dan  berkontribusi  dalam  kemajuan  bangsa.  Selain  itu,  penguasaan  bahasa  asing  juga  memudahkan  akses  terhadap  pendidikan  dan  pelatihan  di  luar  negeri,  sehingga  dapat  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  manusia  Indonesia.
Lebih  dari  itu,  penguasaan  bahasa  asing  juga  berperan  penting  dalam  memajukan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi.  Sebagian  besar  literatur  ilmiah  dan  teknologi  terbaru  ditulis  dalam  bahasa  asing,  terutama  bahasa  Inggris.  Dengan  menguasai  bahasa  asing,  para  peneliti  dan  akademisi  Indonesia  dapat  mengakses  informasi  terkini,  mempelajari  penemuan-penemuan  baru,  dan  berkontribusi  dalam  perkembangan  ilmu  pengetahuan  di  tingkat  global.
Namun,  penguasaan  bahasa  asing  bukanlah  hal  yang  instan.  Dibutuhkan  keseriusan,  disiplin,  dan  kesinambungan  dalam  mempelajarinya.  Pemerintah  dan  lembaga  pendidikan  perlu  menyediakan  fasilitas  dan  program  pembelajaran  bahasa  asing  yang  berkualitas,  sementara  individu  perlu  memiliki  motivasi  dan  komitmen  yang  tinggi  untuk  menguasainya.
Dalam  konteks  Trigatra  Bangun  Bahasa,  penguasaan  bahasa  asing  bukanlah  berarti  mengesampingkan  bahasa  Indonesia  dan  bahasa  daerah.  Ketiganya  harus  ditempatkan  secara  proporsional  dan  saling  melengkapi.  Bahasa  Indonesia  tetap  menjadi  prioritas  sebagai  bahasa  persatuan  dan  identitas  nasional,  sementara  bahasa  daerah  perlu  dilestarikan  sebagai  warisan  budaya.  Penguasaan  bahasa  asing  menjadi  pelengkap  yang  memungkinkan  bangsa  Indonesia  untuk  berinteraksi  dan  bersaing  di  tingkat  global.
Dengan  menguasai  bahasa  asing,  bangsa  Indonesia  dapat  melebarkan  sayapnya,  terbang  tinggi  di  panggung  dunia,  dan  berkontribusi  dalam  mewujudkan  cita-cita  bangsa  sebagai  bangsa  yang  maju,  mandiri,  dan  bermartabat.
Penutup
Trigatra Bangun Bahasa, dengan tiga pilar utamanya, yaitu "utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing", merupakan konsep yang visioner dalam membangun kesadaran berbahasa bagi bangsa Indonesia. Konsep ini tidak hanya sekadar slogan, tetapi juga sebuah pedoman yang perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengutamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan menjadi pondasi utama dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa. Bahasa Indonesia berperan sebagai jembatan komunikasi antarsuku, bahasa pengantar di dunia pendidikan, dan simbol identitas nasional yang membedakan Indonesia dari bangsa lain. Sementara itu, pelestarian bahasa daerah merupakan upaya untuk menjaga warisan leluhur, memperkaya khazanah budaya, dan memperkuat identitas lokal. Bahasa daerah menyimpan kearifan lokal dan pengetahuan tradisional yang tak ternilai harganya.
Di sisi lain, penguasaan bahasa asing menjadi kunci untuk membuka jendela dunia dan meningkatkan daya saing bangsa di era globalisasi. Dengan menguasai bahasa asing, bangsa Indonesia dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, berpartisipasi aktif dalam forum internasional, dan menjalin kerja sama dengan negara lain.
Penerapan Trigatra Bangun Bahasa membutuhkan sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah perlu  menciptakan kebijakan yang mendukung implementasi Trigatra Bangun Bahasa, seperti  mengintegrasikan bahasa daerah dalam kurikulum pendidikan dan  meningkatkan kualitas pengajaran bahasa asing. Lembaga pendidikan berperan dalam  menanamkan  kesadaran berbahasa kepada peserta didik,  sementara masyarakat perlu  aktif  menggunakan bahasa Indonesia,  melestarikan bahasa daerah, dan  mempelajari bahasa asing.
Dengan mengamalkan Trigatra Bangun Bahasa secara konsisten, diharapkan bangsa Indonesia dapat  menggunakan bahasa secara bijak,  menjaga  dan  mengembangkan kekayaan bahasa di Indonesia, serta  meningkatkan daya saing  di  kancah internasional.  Trigatra Bangun Bahasa  bukan  hanya  tentang  bahasa,  tetapi  juga  tentang  menjaga  identitas  bangsa,  melestarikan  budaya,  dan  mewujudkan  cita-cita  bangsa  Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H