Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kopi hingga Jalan Tol

10 Februari 2019   12:20 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri
Dalam rangka ngabolang dan mengenalkan lingkungan diluar tempat saya tinggal saya asruk-asrukan dengan menggunakan sepeda motor matic melalui jalanan kampung demi kampung, dari desa ke desa hingga tiba di kaki Galunggung melewati jalanan yang berpasir dan terjal dan sangat cocok untuk kegiatan offroad, Cross Country atau downhill. Kami berniat pulang ke rumah karen hari mulai gelap dan senja segera datang, hingga saya memasuki ke area Perhutani di daerah perbukitan Gunung dan tiba di Kubangkoak.

Ketika saya melihat tanaman kopi tumbuh dan berbunga, saya termasuk orang yang berkata; Oh! Ternyata di Galunggung ada kopi, saya sangat senang! Dalam batin berkata inilah komoditas yang bisa diandalakan jadi salah satu unggulan ketika berbicara Galunggung apa yang bisa dibawa oleh para wisatawan sepulang dari sana? Sebab nyaris tak ada sesuatu yang berkarakter lokal yang bisa diandalkan sebagai oleh-oleh kecuali jenis lalaban dan sayuran khas gunung dan pisang ranggap.

Dokpri
Dokpri
Dalam keadaan tersesat mencari jalan pulang, rasa khawatir perlahan surut karena saya meyakini ada orang lain di sini, pasti ada pondok petani. Betul saja, akhirnya saya menemukan pos Kelompok Tani Kubangkoak yang dihuni Nanang bersama keluarganya tempat dimana mereka memproduksi gula kawung, dari sini saya mengenal Mang Nanang dan ia bercerita banyak ihwal dirinya tanaman kopi yang ia kembangkan.

Minim fasilitas pengolahan dan tehnik pasca panen.

Dokpri
Dokpri
Untuk menjadi secangkir espresso, americano atau kopi tubruk dan varian minuman kopi lainnya, buah kopi telah melalui mata rantai yang panjang dan cukup lama melalui berbagai macam metode pengolahan yang umumnya dikenal dengan proses natural, semi wash dan full wash, mulai dari pemetikan ceri, washing, hulling, fermentasi, pengeringan hingga roasting dan bahkan sentuhan tangan barista, jadilah secangkir kopi yang nikmat.

Sayangnya, keterbatasan pengetahuan, tehnik pengolahan pasca panen, alat-alat pendukung pengolahan kopi pasca panen masih sangat minim dimiliki para petani. Bahkan, penulis mendapati kuintalan buah kopi yang sudah kering menumpuk begitu saja dalam tersimpan karung, ketika dichek sudah mulai korosif dan menurun kualitasnya.

"Maklum kang, Selama ini belum punya pendamping, perhatian dari pihak lain minim, saya juga ngga tamat SD, yang saya tahu kopi yang disimpan lebih lama katanya akan semakin bagus," Nanang beralibi ketika sangat disayangkanya kesalahan fatal dalam mengolah hasil panen. "Itu buah yang kami panen tahun lalu, kalo ngga salah" lanjutnya, padahal ia menanam harapan akan masa depannya bisa terbantu dari tanamn kopi yang sudah mulai berbuah.

Profile Nanang, mungkin hanya salah satu dari sekian banyak para petani kopi pemula yang menemukan informasi secara otodidak, berbekal pengetahuan dan teknologi seadanya dalam mengolah kopi, sehingga nilai jual yang mereka dapat hanya berakhir di level pengepul dengan harga pasar kopi asalan.

Gayung bersambut

Dokpri
Dokpri
Para pecinta kopi yang kian banyak adalah aset dalam kebangkitan kopi nasional yang di masa sekarang disebut-sebut sebagai era ketiga kebangkitan kopi nasional. Para pecinta kopi cukup rajin mencari single origin alias kopi yang memiliki karakter khas dan hanya bisa didapat dari daerah tertentu.

Pecinta kopi (tidak hanya penikmat) selalu mencari varian atau jenis yang baru untuk disesap, baik itu robusta atau arabika, perburuan kopi pun dilakukan hingga ke Gunung Galunggung dan akhirnya bertemulah para pecinta kopi yang merupakan akademisi, pelaku usaha cafe, penikmat kopi, aktivis lingkungan dengan masyarakat desa hutan yang menggarap lahan Perhutani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun