Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kopi hingga Jalan Tol

10 Februari 2019   12:20 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjumpaan tak disengaja tersebut membuahkan komunikasi, interaksi dan dialog tentang bagaimana menjadikan kopi sebagai produk unggulan yang digarap dari hulu ke hilir dengan serius dan menguntungkan semua pihak terutama lingkungan, perbaikan ekonomi para petani dan pelaku usaha.

Semua yang berawal dari informasi yang baik, disampaikan dengan baik, ditanggapi dengan baik akan mewujudkan sesuatu yang baik.

Sabilulungan Metik Kopi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Saat panen raya belumlah tiba, sekira bulan Maret buah kopi yang kini masih berwarna hijau akan segera memerah dan menjadi ceri yang siap petik. Tetapi, pada Sabtu (09/02/2019) setelah melakukan rangkaian dialog bersama Safari Agustin Staff Ahli Bidang Perekonomian Kabupaten Tasikmalaya mengenai integrasi berbagai sektor untuk pengembangan kawasan wisata terutama Agro Foresty di Priangan Timur, bertempat di lahan kopi garapan anggota kelompok tani Kubangkoak nampak tangan-tangan kekar dari puluhan pria sedang memetik kopi yang sudah merah, buah kopi yang tidak matang serentak biasa disebut buah panyelang atau buah perantara yang merah sebelum masa panen, jika dibiarkan buah-buah tersebut akan menghitam dan jatuh kemudian tumbuh menjadi bibit baru yang disebut bibit rabutan.

Para pria tersebut adalah anggota kelompok tani Kubangkoak Linggajati, Galunggung Putra dan Tani Mukti Ciakar Sukaratu bersama-sama dengan Kepala Desa Sukaratu, Kepala Desa Linggajati, Ketua OPM Linggajati, Para pengurus LMDH Sinagar-Sukaratu dan Linggajati, petugas BPP Kecamatan Sukaratu serta IPPC Ciakar.

Dalam kesempatan dialog, Safari Agustin memaparkan pandangannya mengenai potensi Galunggung yang harus didentifikasi, dirawat, dikelola dan dikembangkan sebaik-baiknya demi kemaslahatan dan bermanfaat bagi masayarakat terutama dalam perbaikan dari sisi ekonomi.

"Dengan adanya kopi, mulai dari penanaman hingga pengolahan di Galunggung ini mudah-mudahan bisa menambah daya tarik wisata, karena beda rasanya ngopi di cafe dalam kota dengan ngopi di tempat asalnya kopi, maka kami antusias untuk silaturahmi dan berharap ada progress yang cepat, realisasinya tahun ini bisa terlaksana" ungkap Safari Agustin.

Lebih lanjut ia mengatakan, bisa saja di kawasan Galunggung dikembangkan wisata Jeep seperti yang ada di Sleman, Yogyakarta. "Bapak-bapak tahu tidak yang turut mengembangkan wisata jeep di Sleman? Itu pan urang Sukaratu," terangnya. Kontur tanah Galunggung yang berpasir akibat letusan berkali-kali di tahun 1982 memiliki kemiripan dengan daerah sekitar Gunung Merapi,Yogyakarta.

Pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur jalan dan lain-lain termasuk jalan tol Cigatas,  jalan yang disebut-sebut akan menghubungkan gerbang tol Cileunyi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis hingga Banjar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menurut Safari Agustin kini tengah mempersiapkan Pangandaran sebagai "Hawai"-nya Indonesia.

Jujun, sebagai penggagas Sabilulungan Metik Kopi punya mimpi indah, ketika pergerakan petani bersama para pecinta kopi, masyarakat dan stakeholder bahu membahu menjadikan Kabupaten Tasikmalaya terutama daerah Gunung Galunggung membuahkan hasil kopi yang unggul dan bisa mensejahterakan petaninya.

"Jangan dulu bicara ekspor, kita garap aja dulu pangsa pasar lokal, regional dan nasional! Saya yakin ketika kopi Galunggung ini sudah booming, stok kita pasti kurang! Karena kopi Galunggung ini bagus, sangat bagus! Tadi Arabik yang dari Pak Soni itu mantap banget." Kata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun