Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Tiga Babak

24 Juli 2022   22:06 Diperbarui: 24 Juli 2022   22:27 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Le Bridge

Pemandangan pantai Ancol begitu indah mengesankan mata, senja saling bergumul bersama cakrawala menyentuh sukma yang saling menumpahkan segala rindu di dada.

Dan setelah sekian lama, aku bisa menikmatimu dari dekat seperti dulu lagi. Pada akhirnya.

Adam duduk disebelah kanan Rangga, berhadapan dengan Dewi dan Andrea, dua sahabat Rangga saat bekerja di Tokyo. Keempat insan itu masih sibuk dengan buku menu, memilah satu persatu hidangan yang akan disantap sore ini. Setelah semua pilihan dibuat, sang pelayan mengumpulkan kembali buku menu itu mirip seorang guru yang meminta tugas kepada siswa -- siswa dikelasnya.

"Jadi bagaimana kalian bertemu" tanya Andrea pada Adam dan Rangga, tepat ketika langit berubah jingga, dan baskara hendak pamit dari angkasa.

"bentar..." Adam mngucap sebelum Rangga sempat mengeluarkan suara. "Mas... maaf" Adam memanggil pelayan tadi yang baru saja akan memasuki restoran itu.

"Boleh tolong ambilin photo kita berempat?" pinta Adam memohon "sunsetnya bentar lagi abis..."

Setelah tiga photo berhasil diabadikan, Andrea kembali menatap Adam dan Rangga penuh rasa ingin tahu. Bukannya segera memberi jawaban, kedua pria itu justru saling menatap satu sama lain, seolah berdiskusi siapa diantara mereka yang paling tepat untuk memberikan jawaban.

"Oh... kita kawan lama" kata Adam segera setelah menyadari keraguan di mata Rangga untuk mengungkap kebenaran.

"dulu waktu gue kuliah di Surabaya" timpal Rangga, alih -- alih mengoreksi pernyataan Adam, justru menguatkannya.

Satu Loyang pizza daging sapi hadir di meja mereka berempat lengkap dengan dua pilihan saos, bersiap untuk segera dinikmati. Keempatnya saling menatap satu sama lain, ragu siapa yang akan mengambil tindakan untuk potongan pertama pizza itu.

"Gue kan cowok... perlu banyak makan" kata Adam tidak ingin Pizza itu menanti terlalu lama.

"Eh... itu saos cabe...!" Rangga memperingatkan sebelum Adam sempat melumuri pizzanya dengan saos cabe yang sudah berada ditangan "Adam nggak bisa makan pedes" jelas Rangga saat Dewi dan Andrea menatapnya curiga.

"Jadi hubungan kalian sekarang adalah..." kata Dewi tergelitik saat melihat tingkah Rangga yang seolah sangat mengerti Adam itu.

Lagi lagi Adam dan Rangga terjebak dalam diam. Dewi menanti, Andrea menanti. Langit yang berubah menjadi malam juga menanti.

"Iya... setau gue Rangga banyak yang deketin waktu di Tokyo, tapi ditolak semua" kali ini Andrea mengambil alih, untuk memperjelas status dua pria dihadapannya itu.

Sebagai sahabat dekat, Andrea dan Dewi sangat mengetahui siapa Rangga. Bahwa Rangga tidak memiliki ketertarikan seksual dengan lawan jenis adalah satu dari sekian banyak rahasia pria berusia dua puluh delapan tahun itu yang mereka ketahui. Namun, Adam bukanlah nama yang pernah diceritakan Rangga kepada keduanya. Sehingga saat Rangga memilih untuk membawa Adam kehadapan mereka berdua, sejuta tanya lahir tanpa diminta.

"Masa?" Adam menatap Rangga dengan penuh godaan.

Tatapan yang sangat dimengerti Andrea dan Dewi. Tatapan penuh cinta dan pengertian.

"Temen..." jawab Rangga menjadikan plot twist tidak terduga keluar dari mulutnya "Kita temenan" tegasnya.

Dan jika saja kau belum sanggup untuk memberi pengumuman pada dunia. Aku terima.

"Temen..." kata Adam lirih nyaris tidak terdengar.

"Oh... temen" Dewi dan Andrea saling menatap tidak percaya dengan pengakuan keduanya.

Stasiun Lempuyangan

Ketika hari beranjak gelap, jam sudah menunjukkan diangka sembilan malam. Pertemuan Adam dan Rangga bersama kedua perempuan itu harus berakhir. Selanjutnya seperti rencana sebelumnya, Adam dan Rangga akan menumpang kereta untuk perjalanan menuju Jogjakarta, kampung halaman Rangga.

Rangga tidak benar -- benar menyukai pilihan Adam yang memilih untuk menggunakan kereta api kelas ekonomi daripada eksekutif. Bagi Adam, bagaimanapun keduanya masih tetap harus berhemat, tidak perduli berapa banyak tabungan tersimpan didalam rekening masing -- masing. Namun, Rangga membutuhkan kenyamanan.

"Ya kalau mau naik dari stasiun Gambir, kenapa nggak naik pesawat sekalian..." kata Adam mencoba memutus perdebatan "paling nambah seratus dua ratus ribu, kita bisa nyampe dalam sejam"

"Aku kan maunya menikmati perjalanan panjang, bukan cuma sekedar sampe gitu aja" keluh Rangga.

"Yaudah, kamu naik dari Gambir, aku dari Senen" Adam memberi pilihan "Gimana?"

Rangga mengalah, akhirnya disetujui keduanya untuk membeli tiket kelas ekonomi berangkat pukul sepuluh lebih yang akan tiba tepat ketika mentari menyapa kota Jogja.

"Nanti di Jogja kita juga harus merahasiakan ini?" Adam menatap Rangga sambal menggeggam tangannya saat kereta sudah menggilas jalanan empat jam lamanya.

Rangga terdiam, perasaan bersalah atas apa yang dilakukannya tadi di Ancol kembali menghantui pikirannya.

***

Pagi merekah di kota Jogja, stasiun Lempuyangan dipadati calon penumpang atau penumpang yang baru tiba dari Jakarta. Dari sudut stasiun seorang wanita paruh baya bersama seorang putrinya mencari -- cari wajah yang dinanti setelah tiga tahun lamanya.

"Ibuk..." sapa Rangga menggetarkan hati wanita itu.

Rangga berlari meninggalkan koper cokelat miliknya bersama Adam, dan memeluk ibunya. Adam menatap pertemuan anak beranak itu penuh haru, dalam senyuman kecil dia ikut bahagia melihat pria yang dicintainya bertemu dengan orang -- orang terkasih. Ditariknya koper cokelat milik Rangga sambil menggendong ransel hitam miliknya, mendekati keluarga itu.

"Tante..." Adam berucap, berharap tidak merusak momen pertemuan itu.

"Oh ya buk... ini Bang Adam..." Rangga memperkenalkan.

Adam menjabat tangan wanita itu dan gadis kecil disebelahnya.

"Ini Randa... adik aku..." Rangga memperkenalkan adik bungsunya kepada Adam.

"Oh... jadi Mas Adam ikut nginep dirumah?" Ibu Rangga menawarkan penuh kehangatan.

"En... nggak bu..." Rangga segera memutus harapan yang sudah melambung dihati Adam. "Bang Adam mau nginep dihotel saja katanya"

"Heh..." Adam terkejut "Kapan aku mengatakannya?" perkataan yang tertahan di tenggorokannya.

"Yakin... mas Adam tidak mau dirumah saja?" pinta ibu Rangga penuh harap.

Harapan yang sama ditunjukkan Adam kepada Rangga lewat tatapan penuh arti darinya.

"Iya mas... mending duit bayar hotel buat Randa" kata Randa mulai menggoda.

Adam masih menatap Rangga meminta persetujuan.

"Enggak... Bang Adam biar dihotel aja..." kata Rangga memberi kecewa pada semua pendengarnya "Lagian Bang Adam ada kerjaan, nanti terganggu kalau dirumah" pungkasnya.

Awalnya kau tidak mengakuiku, kali ini kau mengasingkanku. Katakan, apa yang sebenarnya kau inginkan.

Sayidan

Tempat makan itu buka dua puluh empat jam, tepat berada diatas Sungai Code kota Yogyakarta. Keindahan malam penuh kehangatan yang selalu dipuja Adam saat tubuhnya sudah bercumbu dengan kota gudeg dan menikmati keramahan budaya juga alam sekitar.

"Mas Adam?" kata seorang pria menyapa, memastikan tidak salah menemui kenalan yang dijanjikan sahabatnya.

Adam berdiri dari duduk bersilanya, menatap tiga orang dihadapannya. Dua pria dan satu wanita yang tidak dikenalnya sama sekali.

"Saya Rahmad, sahabat Rangga..." kata pria itu memperkenalkan diri "Ini Ayu dan itu Eros" lanjutnya.

Semua orang itu akhirnya berjabatan tangan saling berkenalan satu sama lain.

"Mas Rangga nggak bilang kalau dia ngajak..."

"Iya... kita yang maksa" potong Ayu tidak membiarkan Adam menyelesaikan ucapannya. "Udah kelamaan si Rangga di Jepang, kita juga kan rindu"

"selalu ada rindu di Jogja ya..." seloroh Adam mencoba membaurkan diri.

"Jadi... Mas Adam ini temen Rangga waktu di Jepang?" tanya Rahmad segera setelah tawa pudar dari wajah semuanya.

Adam ragu akan menjawab, matanya teralihkan pada pintu masuk berharap Rangga hadir dan menyelamatkannya dari jawaban yang bisa saja merusak semuanya.

"Temen di Jakarta" kata Adam akhirnya membuat keputusan saat pria yang dinanti belum juga tiba.

"Temen...." Kata Eros setengah berbisik, seolah hendak memastikan sesuatu.

"Temen" Adam meyakinkan.

Bagaimanapun Adam tidak ingin melangkahi sesuatu yang menurutnya adalah hak Rangga untuk berucap. Terlebih kejadian Ancol kemarin, membuat Adam tidak ingin membuat kesalahan.

"Heiii..." kata Rangga hadir "pada cepet banget nyampe sini?" basa basi tidak berguna atas keterlambatannya.

"Hotelku disebelah, ditendang juga nyampe sini..." jawab Adam tidak sabar.

"Eros tadi ngajak buru -- buru, katanya udah kangen banget sama kamu" kata Ayu menjawab Rangga.

"Eros?" Ada gelisah dalam ucapan itu.

Eros berpamitan untuk ke kamar kecil semenit sebelum Rangga tiba di lokasi janjian. Jadi Rangga tidak menyangka, kalau pria itu akan berada disini, malam ini. Pada sebuah bimbang, Rangga berusaha mengumpulkan dirinya dan duduk disebelah kanan Adam.

"Apa kabar?" kata Eros bahkan saat belum menempelkan tubuhnya pada tempat duduk itu tepat ketika dia menatap Rangga berada disana.

"B... baik" Rangga terbata.

"Cieee..." Rahmad dan Ayu bersahutan melihat pertemuan keduanya.

Adam melihat Rahmad dan Ayu kebingungan. Lalu pandangannya teralih pada Rangga meminta penjelasan. Tapi semuanya diam, terlebih disaat pesanan datang untuk segera menjadi santapan.

Adam mengambil cah kangkung kesukannya dan menumpahkan semuanya kedalam piring miliknya. Rahmad dan Ayu juga mengambil makanan masing -- masing, perut mereka sudah keroncongan sejak tiba ditempat ini.

"Kesukaan kamu kalau lagi disini..." Eros menaruh satu telur dadar di piring Rangga mengejutkan pria itu.

Adam panik, khawatir kalau dia tidak bisa menahan emosinya dan mengungkap kebenaran di meja ini.

"Ciee..." kata Rahmad dan Ayu sekali lagi dengan makanan penuh di mulut.

"Kalian..." Adam menunjuk Eros dan Rangga berusaha mendapatkan jawaban.

Eros adalah mantan kekasih Rangga yang ditinggalkannya sebab pria itu terpaksa menempuh pendidikan Bahasa Jepang di Jakarta. Keduanya sepakat untuk mengakhiri hubungan, sebab keduanya yakin bahwa hubungan jarak jauh tidak akan pernah berhasil. Satu hal yang ditolak Adam, ketika Rangga akan berangkat ke Jepang tiga tahun lalu.

Meski terpisah jarak ribuan kilometer, Adam meyakinkan Rangga bahwa hubungan mereka akan tetap bisa berjalan. Bahkan dua kali dalam setahun, Adam mengunjungi Tokyo untuk memastikan keyakinannya itu.

"Mantan" samber Ayu dengan cepat ketika Rangga dan Eros tidak memberikan jawaban.

"Oh... mantan..." Adam dengan kelegaan yang dibuat buat.

"Mas Adam ini sebenernya temen gimana sih? Kata Eros pada Rangga.

"Iya... gimana kalian bisa ketemu? Kenal?" cerocos Ayu tanpa jeda.

"Temen..." Rangga mencari cari kalimat tepat kali ini. "Kita ketemu di bandara, ngobrol, nyambung, yaudah..." katanya kali ini menemukan alasan.

"Iya... dan saya kebetulan ada kerjaan disini, bentar lagi mau meeting di hotel sebelah" kata Adam menahan amarah sambil menatap jam tangannya seolah dirinya terburu waktu.

Adam menandaskan minumannya segera beranjak berdiri tanpa menatap ke arah Rangga sekali lagi.

"Saya pamit dulu ya..."

Kepergian itu melahirkan canggung luar biasa, setidaknya bagi Rahmad dan Ayu. Rangga terpojok dengan ucapannya sendiri, dia tidak tahu harus berbuat apa kali ini.

"Aku yang bayar" kata Adam kembali ke meja itu, melemparkan satu kartu debit kepada Rangga. "Aku udah tanya, kata ibunya bisa bayar pake kartu"

Adam segera bergegas meninggalkan kumpulan sahabat itu, air matanya nyaris saja menetes tapi dibiarkannya tertahan setidaknya sampai dirinya tiba dikamar hotel nantinya.

"Pinnya?" triak Rangga seolah -- olah dia tidak tahu.

"Is that even a question?" Nada suara Adam lebih tinggi kali ini. Seolah pria itu hendak memberi pengumuman, kalau Adam dan Rangga bukanlah sekedar teman.

Luka yang ketiga, dan aku akan terus bertahan.

"Sebab yang paling penting dalam sebuah hubungan bukanlah mengumumkan status itu pada semua orang. Tapi saling mengerti satu sama lain."

Dark Blue Kiss - 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun