Adam semakin tidak nyaman, dia kehilangan kendali. Baru lima belas menit berada dirumah ini, tapi terasa terlalu lama untuk menemukan jawaban untuk diberikan. Adam membisu menatap pada sebuah photo keluarga ini, cukup besar menghiasi ruangan itu. Romeo berdiri diapit Laura dan Kimmy, sedangkan Tombak dan Diana duduk bersebelahan diantara ayah dan ibu mereka. Adam sekali lagi terpesona pada Romeo yang masih berusia dua puluh lima di photo itu.
"are you okay..." kata Romeo yang akhirnya datang, setelah melihat Adam terpaku disana seperti merasa asing di lingkungan keluarganya.
"Ayah tanya, kalian udah berapa lama jadiannya..." kata Doni yang mengambil jatah Adam untuk berbicara "malah diem..."
"lagian ayah pertanyaannya aneh..." kata Romeo "dia mah nggak bakal berani ngajak mas jadian"
Adam menatap empat pria yang kini sudah berada dihadapannya itu. Pernah sekali Adam berhadapan dengan majelis hakim di persidangan, tapi rasanya tidak semengerikan ini. Namun, Adam melihat keterbukaan dalam keluarga yang akhirnya membuatnya merasa diterima dan mencoba untuk beradaptasi dengan calon keluarga barunya ini.
"Yuk makan, udah siap tuh" kata Diana sambil menggendong anaknya "lagian Mas Adam keliatannya udah capek, pengen cepat -- cepat istirahat" seolah perempuan itu berhasil membaca pikiran Adam.
Di meja makan, semua santapan sudah siap dihidangkan. Semua orang sudah duduk, Adam bersebelahan dengan Romeo, mencoba membuatnya seperti berada dirumah sendiri. Romeo menaruh dua centong nasi pada piring Adam sebelum membuat porsi yang sama pada dirinya sendiri.
"perhatian banget kayaknya..." kata Kimmy yang geli melihat tingkah abangnya itu.
"Ehmm... sebenernya..." Adam memberanikan diri berbicara. Berharap waktunya tepat. Berharap keluarga ini mengizinkannya.
"kenapa?" kata Romeo menghentikan sendokannya.
Tiba -- tiba semua orang berhenti di meja makan itu. Adam menyesali keputusannya berbicara. Tapi sudah terlanjur, daripada hanya basah saja, mending mandi sekalian, pikir Adam.