Sesaatkemudian, dia menoleh kembali untuk memberikan obat anti kematian itu. BegituDarmawan mengulurkan tangannya, Bu Aminah langsung menepisnya lagi. Butiranobat itu harganya mahal, dengan mudahnya sang ibu menolaknya sampai jatuhbertaburan ke lantai.
Darmawannaik pitam. Netranya langsung menyorot tajam persis di depan wajah Bu Aminah.Emosinya yang hampir padam, kini kembali menyala bak disambar petir.
"Ahhhh... mati aja sana!" Amarah Darmawan memuncak hingga tidak mampu mengontrolemosi.
CDARRRR!
Gelas,cermin, obat-obatan yang ditaruh di atas meja dia jatuhkan ke lantai denganberingas. Beling-beling kaca berserakan ke mana-mana. Air yang tumpahberceceran. Setiap sudut loteng terdengar rintihan renta seakan mengadu padakalut yang menyelimutinya.
Ditengah emosinya yang meluap, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara ponselnyayang berdering.
"Hallo,kenapa? Ada apa, Ma? Â Apa ... apa yangterjadi dengan Aisyah, Ma?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H