Tangannyamulai mendeteksi detakan jantungnya. 'Alhamdulillahya Rabb ...!' Rasa khawatir yang membuatnya berkeringat dingin, sudahsedikit tenang.
"Bu...!" Dia berusaha membangunkan perempuan itu untuk segera minum obat.
Napasbesar mengalir dari hidungnya Bu Aminah. Selang beberapa detik, matanya terbukadengan perlahan. Begitu melihat Darmawan, dia pun menangis, ingin dikasihani.
"Minumobat dulu ya, Bu!" Darmawan langsung mengambil obat di atas meja.
Biasanyayang merawat ibunya adalah Maya. Sementara Darmawan hanya saat-saat tertentusaja bisa untuk merawat ibunya. Seperti saat sekarang ini, istrinya dan Aisyah sedangpergi ke Mall dan belum juga pulang.
Butiranobat itu sudah di tangan Darmawan. Akan tetapi, Bu Aminah tidak mau menelannya.Darmawan bingung.
"Ibukok, gak mau minum?" Dia mulai panik melihat sikap wanita tua itu.Pasalnya, kalau obat ini gak diminum, bisa membuat ibunya dalam bahaya.
Yang lebih menjengkelkannya lagi, BuAminah menepis obat itu dari tangan Darmawan.
"Kalauibu gak minum, bahaya, Bu!" nasehat Darmawan. Matanya mulai memerah melihatwajah ibunya yang susah minum obat.
"Akugak mau!" cegah Bu Aminah dengan suara sedikit keras.
Lelakiitu pusing sekali melihat masalah ibunya ini. Dia berusaha menahan emosi denganduduk sebentar di bahu ranjang membelakangi Bu Aminah. Wajahnya yang memerahhampir padam. Namun, keningnya yang mengerut masih saja menyimpan selaksaemosi.