Yuk ramaikan kolom komentar dan lovenya. Atas apresiasinya author ucapkan terima kasih. Lanjutan ceritanya ada di KBM, serenade Luka Aisyah, ya dear Readers
****
Dari sudut jendela, Darmawan tampakduduk dengan tatapan kosong. Sementara ibunya sendirian di kamar tengah. Tubuhyang sudah menua dimakan usia, membuatnya tidak mampu lagi melakukan banyak hal.Sesekali dia membalikkan posisi badannya dari kiri ke kanan atau sebaliknyadengan perlahan. Itu pun tangan dan kakinya gemetaran. Bola matanya yang rabunterkadang mengeluarkan bulir bening.
"Wan... Wan ...." Ibunya meringis kesakitan. Apa yang dia inginkan tidak terdengarjelas karena suaranya yang lemah. Erangan itu terbawa partikel udara dalamruangan dan berjalan lambat.
Darmawansama sekali tidak mendengar suara sang ibu. Pikirannya jauh kembali ke masalalu dan menyatu dengan jiwanya. Kadang-kadang netranya menatap dari celahjendela, menikmati indahnya pemandangan alam semesta yang menghijau.
Embusanangin sepoi-sepoi membuat hati Darmawan semakin tentram. Di usianya yangkeempat puluh tahun ini, dia sangat bersyukur dengan kehidupannya. Apalagi sejakkehadiran Aisyah di kehidupan rumahtangganya, hidupnya bertambah lengkapmeskipun Maya belum pernah memberikannya anak perempuan.
PLUK!
Suarasesuatu yang jatuh. Entah apa itu. Yang jelas, suara itu bersumber dari kamarBu Aminah. Seketika Darmawan terjingkat. Kedua bola matanya membulat sempurna.Jantungnya berdebar karena takut terjadi sesuatu pada ibunya. Ia tidak inginsesuatu yang sangat membahayakan menimpa perempuan yang telah melahirkannya itu.
"Bu...!" Darmawan diam memastikan sahutan ibunya. Namun, tidak ada yangmenyahut. Jantungnya berdegup semakin kencang.
"Ibu!"panggilnya dengan nada tinggi hingga lima oktaf. Dia ingin memastikan apakahibunya baik-baik saja atau dalam bahaya.
Yangada hanya hening. Baik suara ibunya atau suara lain yang dapat memecahkansuasana tegang, tidak ada. Karena was-was, dia pun beringsut ke kamar.Keningnya mengerut melihat apa yang ada di pikirannya tadi, tidak sesuai denganapa yang ada di depan matanya. Akan tetapi, dia heran kenapa kok kursinya bisajatuh. Darmawan biasa duduk di situ sambil menemani ibunya. Sekarang diakebingungan mengatasi obat-obatan yang berserakan di lantai.