"Hebat apane?" begitu jawabnya dengan spontan. Persis beberapa tahun yang lalu saat kami masih menjadi rekan kerja.
Tak dapat saya pungkiri, sejak pertama kali menginjakkan kaki di area Omah Lor saya sudah merasa kagum dengan pemiliknya. Pertama dari pemilihan lokasinya yang jauh dari kebisingan kota. Omah Lor terletak di ujung gang paling dalam. Berbatasan langung dengan Kali Boyong di bagian belakang, sawah dan kebun bambu di samping kanan kirinya, menyebabkan lokasinya tersembunyi. Tak banyak rumah yang ada di sekitarnya tapi bukan berarti penghuninya tertutup dengan lingkungan.
Kami pun mulai bercerita banyak hal. Salah satunya tentang gaya hidup yang kini sedang ditularkannya  kepada siapa saja yang bersedia. Mbak Dwi banyak bercerita tentang upayanya untuk menularkan virus bekerja sama dengan alam. Mulai menanam, memelihara bahkan mengolah sendiri bahan pangan yang dibutuhkan.  Misalnya kopi yang diolah sendiri dari biji hingga siap diseduh dalam cangkir. Atau sourdough yang langsung diadoni dengan kedua tangannya dan disajikan hangat dari oven miliknya.
Teman-teman pasti pernah, ya, melihat limbah dari sisa pedagang sayur di pasar tradisional yang menggunung jumlahnya? Nah, Mbak Wiwik adalah salah satu orang yang peduli untuk memilah dan memanfaatkan limbah tersebut. Ada bagian tertentu yang menurutnya masih layak untuk konsumsi manusia. Ada juga yang bisa menjadi makanan binatang. Sedangkan bagian yang sudah benar-benar rusak, maka komposter lah yang akan menjadi tempat barunya.
Pelatihan Desain Permakultur
Tak cukup membiasakan dirinya sendiri untuk bekerja sama dengan alam, Dwi Pertiwi begitu nama yang tertera pada kartu identitasnya juga dengan senang hati memaparkan langsung gaya hidupnya pada orang-orang yang singgah ke tempatnya. Siapapun yang pernah datang ke Omah Lor, pasti merasa antusias untuk melihat bagaimana Mbak Wik mengelola pekarangan dan bahan pangan yang dimilikinya. Bagaimana cara hidup dan memanfaatkan barang yang dimiliki untuk memiliki lebih dari satu nilai guna.
Pada suatu waktu, ia juga mengajak teman dan lingkungan sekitar untuk belajar bersama. Selain materi komposter, ia pun banyak berbagi tentang penanaman aneka varietas baru hasil penyilangan yang diujicobakan di sana. Bahkan, kalau kita rajin mengikuti sosial medianya yaitu di akun  facebook  yang bernama Dwi Pertiwi, maka kita aan sering melihat aneka tips do it yourself untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. tentunya dengan memaksimalkan pemanfaatan aneka barang yang ada di sekitarnya.
- Tanah dan pengelolaan tanah
- Air dan pengolahan limbah
- Metode desain dan berpikir kreatif
- Desain bersama alam
- Sistem iklim
- Pohon dan transaksi energi
- Strategi penanaman
- Taman pangan
- Permakultur sosial
- Membuat biochar
- Membuat lingkaran pisang dan kompos
- Membuat pupuk cair
- Mengelola rumah bibit
- Membuat kombucha dan kefir
Bayangkan saja jika sebagian besar dari kita memiliki keterampilan dan kemauan sejenis. Masalah kelangkaan bahan pangan dan malnutrisi mungkin bisa ditekan serendah-rendahnya. Kuncinya adalah keterampilan dalam mengolah untuk menjaga ketersediaan bahan pangan. Selain itu  juga harus kreatif mencari alternatif sumber pangan bernutrisi. Dan tentunya mulai beralih pada gaya hidup lokal sehingga tak perlu khawatir dengan inflasi.