Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

1 Abad NU, Meneguhkan Tradisi Keulamaan dalam Membangun Peradaban

7 Februari 2023   10:44 Diperbarui: 7 Februari 2023   10:54 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ziarah rutin tiap bulan Rajab keluarga besar Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua. (foto dok pribadi)

Kenapa, karena ketokohan KH Hasyim Asy'ari, faktor utama dalam kehadiran organisasi ini. 

Dari kalwat yang panjang, datang bahasa isyarat dari gurunya, KH Cholil Bangkalan lewat untai tasbih dan sebuah tongkat. 

Sprite kiai besar berdua ini jadi magnet luar biasa di kalangan NU. Hingga saat ini tiap harinya ratusan umat menziarahi makamnya di Jombang dan Bangkalan. 

Begitu juga dengan KH Bisri Syamsuri, KH Wahab Hasbullah dan kiai besar lain, tetap menjadi sumber energi dalam membesarkan NU. 

Di Sumbar terkenal dengan banyak Buya. Sayang, buya dulu hanya sebagian kecil yang terlibat dalam pengurus NU. 

Momen 1 Abad NU, kondisi ini harus dijadikan pijakan oleh pengurus NU Sumbar. Menjadikan ulama mumpuni sebagai sumber kekuatan dan berkah dalam mengelola organisasi. 

Ulama besar di Minangkabau dulunya, banyak ternama dan tersebut lewat banyak jemaah, dan sebagian lewat Perti. 

Contoh, Syekh Muhammad Yatim yang terkenal dengan Tuanku Mudiak Padang, lama memimpin pesantren Luhur Kalampaian, Ampalu Tinggi. 

Namanya harum, tanpa ada embel-embel di badannya. Dia tidak tersebut dalam NU, tidak pula di Perti. 

Tapi jemaahnya banyak. Dan hingga kini tak pernah putus masyarakat menziarahi makamnya di Tandikek. 

Begitu juga dengan Syekh Tuanku Sidi Telor. Terkenal jago debat, banyak ulama besar Padang Pariaman berada dalam kelompok diskusinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun