Pada awal masa penjajahan Belanda, kesemua wilayah Angkola awalnya masuk dalam Karesidenan Angkola atau Residentee Angkola di bawah Sumatra's West Kust Gouvernement atau ke Gubernuran Pesisir Barat Sumatera, bersama-sama Karesidenan Padang Laut (Padang Lauik) dan Karesidenan Padang Darat (Padang Darek).
Suku Angkola bukan batak
Jumlah populasi
1.700.000 jiwa (Sensus 2010)
[1] Kawasan dengan konsentrasi signifikan
A.Sumatera Utara 1.035.000
B.Sumatra Barat 214.000
C.Riau 210.000
D.Jakarta 80.000
E.Malaysia 30.000
[2] Â Bahasa
Angkola
Minangkabau
Melayu
Agama
Islam (98 %)
Kristen (2%)
Kelompok etnik terdekat
1,Suku Mandailing
2.Suku Minangkabau
3.Suku Melayu
4.Suku Alas
5.Suku Gayo
6.Suku Karo
7.Suku Simalungun
8.Suku Nias
9.Suku Mentawai
Ketika Kesultanan Barus berhasil dikuasai Belanda (Setelah perjanjian di London Tracktaat Londonsche antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda, yang menukar guling wilayah Sumatera bagian utara yang awalnya diklaim Inggris dan wilayah Kalimantan bagian utara yang awalnya telah dikuasai Belanda), termasuk Afdeeling Tapanuli utara (Negeri Toba dan Negeri Silindung), yang kalau itu berada di bawah Kesultanan Aceh, Karesidenan Angkola dihapuskan.
Maka orang suku Angkola terpecah belah
Mengikuti wilayah atau daerah yg baru
1. Sebagian wilayah suku  Angkola digabungkan dalam wilayah Karesidenan Tapanuli yang berpusat di Tapian Na Uli (Tapanuli) di Barus
 Namun tetap dalam West Kust Sumatra's Gouvernement
2.Wilayah Suku Angkola masuk daerah Lubuk sikaping (Pasaman dan Pasaman Barat) masuk dalam Karesidenan Padang Darat dalam West Kust Sumatra's Gouvernement.
3. WIlayah SUKU ANGKOLA MASUK KE Tambusai (Rokan Hulu) masuk dalam wilayah Riau Gouvernement.