Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Belajar Memahami Kultwit Anas Urbaningrum untuk SBY

8 Februari 2017   15:47 Diperbarui: 9 Februari 2017   11:12 13507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya Allah, jauhkan kami dari pekerti "ono ngarep ewuh-ewuhi, ono mburi ngegol-egoli" (di depan merintangi, di belakang jadi beban). 

Ya Allah, ingatkan kami bahwa "ajining diri ono ing lathi, ajining diri ono ing cuitan"

(Ungkapan Jawa yang umum adalah "ajining diri ono ing lathi, ajining rogo ono ing busono, oleh Anas bagian akhir diubah menjadi ajining diri ono ing cuitan. Makna bebasnya,  harga diri itu ada di ucapan, harga diri itu ada di cuitan. Jadi berhati-hatilah, jagalah lidah ucapan dan jagalah cuitan di twitter.)

Ya Allah, jauhkan para pemimpin kami dari JARKONI "biso ngajar ora biso nglakoni" (bisa mengajarkan tapi tak bisa mempraktekkan).

Ya Allah, jangan lupakan kami dari petuah leluhur "ojo metani alaning liyan" (jangan mencari keburukan orang lain).

Ya Allah, jangan ubah "lengser keprabon madeg pandhito" menjadi "lengser keprabon madeg CAKIL".

Dalam pandangan Jawa, seorang pandito adalah seorang guru terhormat, penuntun umat, yang memberi suri tauladan, yang sudah purna dengan dirinya sendiri, yang hanya memikirkan kemaslahatan rakyat dan negara, dan mendekatkan diri ke Illahi Robbi, menanggalkan sifat memuja nafsu duniawi. Seperti itulah seharusnya seorang raja atau pemimpin setelah tidak menjabat, yaitu "lengser keprabon madeg pandito".

Cakil atau butho adalah raksasa yang perilakunya kurang terpuji, mengumbar hawa nafsu, mau menang sendiri, individualis, suka berbuat gara-gara, pemuja kenikmatan dunia, dan meresahkan rakyat. Seorang raja atau pemimpin setelah tidak menjabat lagi, seharusnya menjauhi perilaku cakil yang buruk hati dan perangainya.

Jadi, meskipun twit Anas itu ada yang ditujukan langsung ke SBY ataupun berupa sindiran tak langsung, makna yang dikandung dalam falsafah Jawa yang dikutipnya cukup dalam. Oleh karena itu, lepas dari motivasinya kultwit Anas Urbaningrum ini cukup bermanfaat untuk bahan perenungan bagi yang berniat menjadi pemimpin, yang saat ini menjadi pemimpin, ataupun yang usai menjadi pemimpin atau berstatus mantan.

Kultwi Anas itu adalah pelajaran tentang kepemimpinan, tentang etika seorang pemimpin, juga bagaimana seseorang harus bertindak menjadi negarawan yang harus purna terhadap dirinya sendiri. Anas menyebut: Negarawan mengutamakan pupuk. Politisi menyukai karbit. Negarawan memperjuangkan generasi berikutnya. Politisi memperjuangkan keturunan berikutnya. Demokrasi menjunjung kepentingan rakyat. Dinasti memanggil kepentingan anak. 

Begitulah kultwit Anas Urbaningrum yang banyak mengutip falsafah Jawa. Kebenaran tetaplah kebenaran, kebijaksanaan tetaplah kebijaksanaan, jangan pandang siapa yang menyatakannya. Seorang rakyat jelata, petani, pedagang, guru, bahkan seorang narapidana seperti Anas Urbaningrum pun bisa membawa kebenaran dan kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun