Pak Presiden SBY (saat itu) yg mencintai hukum dan keadilan. Tahukah Bapak brp kali demonstran dikirim ke rumah saya?Â
Saya bertanya kpd Presiden (saat itu), apakah Bapak peduli thd keselamatan dan keadilan? Alhamdulillah, saya tidak ngetuit.
Demo ke rumah pribadi jelas tidak elok. Saya berdoa smg Pak SBY diberikan ketenangan dan kesabaran.
Setiap orang Jawa yg "wis Jowo" pasti mengerti persis makna "ngundhuh wohing pakerti".
"Ngundhuh wohing pakerti" bisa dimaknai sebagai memetik buah dari amalan yang telah dijalani. Jika seseorang berbuat kebaikan, maka dia akan memetik buah dari kebaikan yang telah dijalaninya. Sebaliknya, jika seseorang berbuat keburukan atau kejahatan maka dia akan memetik buah dari keburukan dan kejahatan yang dijalaninya. Inilah hukum alam atau sunatullah yang diyakini masyarakat Jawa. "Gusti Allah ora sare" atau Gusti Allah tidak pernah tidur, itu adalah penegasan falsafah Jawa bahwa Gusti Allah pasti akan membalas amalan seseorang, dan dia tidak pernah lengah sekejap pun.)
8. Dan krn pada akhirnya, "becik ketitik, olo ketoro".
"Becik ketitik, olo ketoro" bisa dimaknai seseorang yang berbuat baik baik pasti akan ketahuan atau diketahui, demikian pula bagi yang berbuat keburukan dan kejahatan. Ini adalah sikap kepasrahan total seorang Jawa yang percaya bahwa hukum Illahi pasti akan berjalan, karena Gusti Allah itu Maha Adil, Gusti Allah itu "ora sare", dan Gusti Allah pasti akan membalas apa yang diperbuat hambanya.)
***
PENGAJARAN ANAS UNTUK SBY
Kultwit Anas Urbaningrum ini, yang secara langsung menyebut SBY memang hanya twit nomor 4, 5, dan 6 yang terkait dengan demo di depan rumah SBY di Kuningan itu:Â
"Pak Presiden SBY (saat itu) yg mencintai hukum dan keadilan. Tahukah Bapak brp kali demonstran dikirim ke rumah saya?; Saya bertanya kpd Presiden (saat itu), apakah Bapak peduli thd keselamatan dan keadilan? Alhamdulillah, saya tidak ngetuit; Demo ke rumah pribadi jelas tidak elok. Saya berdoa smg Pak SBY diberikan ketenangan dan kesabaran."