Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pornografi di Indonesia: Status Hukum, Tantangan, dan Kontroversi

22 Juni 2023   14:02 Diperbarui: 22 Juni 2023   19:25 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, para penentang pornografi berusaha untuk membingkainya sebagai bahaya kesehatan masyarakat. Beberapa badan legislatif negara bagian, seperti Utah, Arkansas, Florida, South Dakota, dan Tennessee, telah mengeluarkan deklarasi yang mengutuk potensi bahaya pornografi terhadap kesehatan masyarakat. Para pendukung langkah-langkah ini berpendapat bahwa konsumsi pornografi dapat memiliki efek yang merugikan pada kesejahteraan sosial, emosional, dan fisik individu, memengaruhi perspektif mereka tentang gender, hubungan, keintiman, seksualitas, dan kekerasan.

Salah satu kekhawatiran yang dikemukakan oleh para kritikus adalah potensi kecanduan pornografi. Mereka berpendapat bahwa beberapa individu mengembangkan pola penggunaan pornografi yang tidak teregulasi atau kompulsif, yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan berdampak negatif pada fungsi dan hubungan seksual mereka. Namun, ada perdebatan yang sedang berlangsung di antara para psikolog tentang apakah kecanduan pornografi harus dianggap sebagai kondisi mental yang dapat didiagnosis atau masalah pengendalian diri.

Industri pornografi menentang anggapan bahwa ketersediaannya yang meluas telah menciptakan krisis kesehatan masyarakat. Beberapa kritikus juga berpendapat bahwa pornografi itu sendiri tidak secara inheren berbahaya dan dapat memiliki efek positif. Mereka menekankan bahwa pornografi menawarkan pelampiasan seksual tanpa risiko kehamilan yang tidak diinginkan atau infeksi menular seksual.

Namun demikian, secara luas diakui bahwa pornografi tidak cocok untuk anak-anak dan remaja, terutama jika mengandung kekerasan, degradasi, atau objektifikasi. Meskipun ada upaya untuk menerapkan filter konten, anak-anak muda kemungkinan besar akan menemukan materi pornografi secara online. Para ahli mendorong orang tua untuk berdiskusi secara terbuka dengan anak-anak mereka tentang pornografi, menyoroti penggambarannya yang tidak akurat dan tidak realistis tentang seks dan hubungan. Mereka juga mengadvokasi program pendidikan seks yang komprehensif untuk memastikan bahwa anak muda tidak mengandalkan pornografi sebagai sumber informasi utama mereka.

Dalam beberapa kasus, inisiatif telah dikembangkan untuk mempromosikan "melek pornografi" di kalangan anak muda. Misalnya, para peneliti di Universitas Boston telah berkolaborasi dengan Komisi Kesehatan Masyarakat Boston untuk membuat kursus yang bertujuan membantu remaja berusia antara empat belas dan delapan belas tahun untuk menganalisis secara kritis konten dewasa. Dengan izin orang tua, program lima kelas ini mengeksplorasi pesan-pesan yang disampaikan dalam pornografi dan membahas tantangan untuk mengembangkan hubungan yang aman, sehat, dan saling menghormati di lingkungan yang dipengaruhi oleh konten semacam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun