Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bali Unbound: Jauh dari Keramaian Pengunjung, Penduduk Pulau Ini Merangkul Jiwa Laut

30 Mei 2023   21:19 Diperbarui: 8 Juli 2023   17:48 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Bing Image Creator)

Ilustrasi (Bing Image Creator)
Ilustrasi (Bing Image Creator)


Pada saat Putra masih berusia belasan tahun, ia sudah menjadi langganan di sirkuit selancar junior yang sangat kompetitif di Bali. Para pesaingnya datang ke acara-acara bersama orang tua mereka, dilengkapi dengan payung pantai, kamera video, pendingin, dan papan selancar yang ditempeli logo sponsor. Putra tidak memiliki sponsor dan beruntung jika ibunya muncul dengan membawa handuk pantai. Namun hal itu tidak menghentikannya untuk menang, terkadang melawan anak-anak yang telah memiliki karier profesional yang menguntungkan. Pada usia 15 tahun, ia tampil di majalah Surfer.

Lain lagi ceritanya di sekolah, di mana Putra kesulitan dalam pelajaran matematika dan membaca, serta sering diejek oleh teman-teman sekelasnya karena pakaiannya yang compang-camping. "Semua orang mengejek saya karena mereka tahu saya tunawisma," katanya. "Mereka memanggil saya peselancar anjing kumuh." Dia mulai bolos sekolah untuk berselancar. Ketika dia datang, para guru meneriakinya karena membaca majalah selancar di kelas. Dia putus sekolah pada percobaan kedua untuk menyelesaikan kelas sembilan.

Orang-orang yang mengenal Putra sangat bersimpati pada penderitaannya, namun tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Sepasang suami istri yang anaknya berkompetisi dengan Putra di sirkuit junior menawarkan untuk membawa Putra ke rumah mereka dan membiayai Putra untuk mengikuti kontes selancar di Australia dan tempat lainnya, tetapi ibu Putra menolak untuk menandatangani surat kuasa. "Mungkin itu akan menjadi taruhan," kata Putra kepada saya. "Saya mungkin sudah menjadi peselancar dunia sekarang."

Beberapa luka yang dialaminya sendiri. Putra mengaku bahwa ia pernah bergaul dengan kelompok yang salah dan menghisap ganja-marijuana-kadang-kadang membayar obat tersebut dengan menjual salah satu papan selancar yang diberikan kepadanya. Para dermawan mulai kehilangan kesabaran. "Saya menampar kepalanya," kata salah satu pamannya kepada saya. "Saya mengatakan kepadanya, 'Kamu menyia-nyiakan bakat, satu lagi bakat yang terbuang di Pantai Selatan, satu lagi jiwa yang tersesat."

Kemunduran terbesar terjadi ketika Putra dituduh mencuri uang sebesar $1.200 dari pacar seorang penyelenggara kontes. Putra tidak pernah didakwa, tetapi reputasinya rusak. Para sponsor potensial pun berpaling. "Mereka pikir, dia berandalan, dia dari Uluwatu," kata Putra getir.

Suatu malam di akhir musim semi, saya mengendarai mobil bersamanya melewati SMA Uluwatu, di mana upacara wisuda angkatan 2013-kelas Putra, seandainya ia tetap bersekolah-baru saja berlangsung. Putra hanya bisa melihat dengan diam ketika para wisudawan yang bergembira tumpah ruah di jalan bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Beberapa menit berlalu. Akhirnya ia berkata, "Seandainya saja saya lulus."

Enam bulan kemudian saya mengetahui bahwa Putra telah mendapatkan pekerjaan. Seorang teman mempekerjakannya untuk membersihkan vila dengan bayaran delapan dolar per jam. "Semua orang memandang saya berbeda sekarang karena saya bekerja," katanya kepada saya. "Ini adalah langkah saya untuk maju." Dia mengatakan bahwa dia berencana untuk menggunakan penghasilannya untuk membiayai perjalanan berselancar ke Australia dan kemudian kembali ke Bali untuk mengikuti kontes baru yang dia harapkan dapat menarik perhatian para sponsor. "Saya tidak tahu apa yang saya inginkan sebelumnya," katanya. "Sekarang saya tahu. Menjadi peselancar profesional. Itu adalah impian saya.".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun