Kurangnya pendidikan seks yang komprehensif di sekolah telah mendorong lembaga kesehatan masyarakat, peneliti, organisasi, pendidik, dan remaja untuk mencari alternatif dari pendekatan tradisional. UNICEF Indonesia mendukung pelaksanaan pendidikan seks di sekolah dan masyarakat untuk mencegah pernikahan usia anak, kehamilan remaja, dan kekerasan seksual. Planned Parenthood mensponsori program pendidikan sebaya yang disebut Students Teaching About Responsible Sexuality (STARS), yang menawarkan lokakarya virtual yang dipimpin oleh para remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang merasa informasi yang diberikan di sekolah atau di rumah tidak memadai, maka semakin banyak yang mencari sumber lain untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi. Banyak anak muda yang mencari informasi dan petunjuk tentang seks di internet, terutama selama pandemi COVID-19, ketika banyak siswa terputus dari pembelajaran di sekolah dan dari interaksi tatap muka dengan teman sebaya dalam waktu yang lama.Â
Sebuah studi tahun 2019 di jurnal Nursing Research menemukan hubungan antara paparan informasi kesehatan seksual di media sosial tentang pengurangan perilaku seksual berisiko dan peningkatan kemungkinan penggunaan kontrasepsi atau kondom oleh remaja kulit hitam dan Latin yang berusia antara tiga belas hingga dua puluh empat tahun. Namun, para pendukung kaum muda memperingatkan bahwa mencari informasi tentang seks secara online sering kali menimbulkan masalah privasi dan kekhawatiran akan risiko eksploitasi seksual, serta kemungkinan adanya informasi yang salah dan dampak negatif dari gambar-gambar seks yang tidak realistis atau penuh kekerasan dan menganggu kesejahteraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H