Sinta memanggil Zainal, dengan lirih ia berucap :
Sinta   : " Ayah nant jika Ibu sudah tidak bersamamu, Ayah harus punya istri lagi, agar Zahra punya Ibu"
Zainal  : " Hus, apaain si Bu, Ayah taka mau, Ayah hanya cinta Ibu saja titik"
Sinta tersenyum dan berucap : " terima kasih  Ayah, titip Zahra anak kita, Ibu sudah tak kuat, Laa  ilaaha Illallah ...
Zainal teriak : " Ibu, ibu, kenapa bu?"
Rupanya Sinta telah tiada kembal kepada Pemiliknya, Zainal menangis sambil memeluk istrnya yang sudah menjadi jenazah, tampak senyuman ndah dari bibir merahnya. Ia berdandan gaun putih yang paling bagus miliknya, dan sebelum berangakat wudlu dan sholat duha.
Setelah beres prosesi penguburan Sinta istri tercinta, Bayi Zahra di titip di mertua Zainal di Sempu, terpaksa  Zahra menyusu pakai susu Formula. Zainal penasaran mencari buku catatan harian Sinta, dan menemukannya.
Segera  ia baca, dan bagaikan disambar petir di siang bolong, ia kaget luar biasa, rupanya. Istrinya sakit kanker, dan tak pernak cerita prihal penyakitnya, bahkan mengeluh pu tidak. Dalam hati Zaianl, ia merasa sangat bersalah, mengapa ia tak membawanya berobat, apakah karena dirinya dianggap tak punya uang sehingga almarhumah tak tega menceritakan penyakitnya?.
Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H