Kejadiaan semacam ini pernah pula terjadi di hari Ahad, biasanya pukul 06.30 Sinta menghdangkan sarapan pagi, kadang nasi goring dengan ceplok telor atau tahu tempe, pagi itu hingga jelang pukul 07.00  Zainal tak diajak sarapan pagi. Karena lapar, ia bertanya :
Zainal : " Ibu belum lapar, kok belum ajak Ayah sarapan?"
Sinta   : " Maaf ayah, berasnya tidak ada, kemarin terakhir untuk kita makan sore"
Zainal  : " Ya Allah bu, kenapa tak bilang dari kemarin atau semalam?"
Sinta   : " Ibu tak mau Ayah kepikiran, dan tak tenang tidur karena tak ada beras"
Zainal : " Ya sudah pag ini kita sarapan di Warteg yang biasa bukua dar pukul 06.00 Yuk, sambil pulangnya beli beras dan lauk"
Sinta   : " Iya Ayah, terima kasih, maafkan Ibu ya "
Zainal : " Ayah yang minta maaf tak mengontrol beras sampai kehabisan"
      Hari kelahiran sang bayi yang dinantikan pun tiba, Zainal membawa Sinta ke Bidan terdekat dan rupanya ada yang sedang lahiran juga sehingga keduanya menunggu di sofa ruang tunggu.  Sambil mengusap-usap perutnya Sinta menyapa suaminya :
Sinta   : " Ayah senang banget ya mau punya anak hari in ?"
Zainal  : " Alhamdulillah, Senang banget hati ayah, Ibu juga senang kan?'