Sebagian besar wajib pajak di Indonesia adalah pelaku UKM yang mungkin memiliki pengetahuan terbatas tentang perpajakan. Dengan pendekatan Hanacaraka, auditor dapat:
- Menjelaskan temuan secara sederhana dan mudah dipahami.
- Memberikan solusi yang berfokus pada pembinaan, bukan hanya penalti.
- Memupuk hubungan jangka panjang yang berbasis saling percaya.
4. Mengintegrasikan Prinsip Keberlanjutan
Pendekatan Hanacaraka juga mencakup refleksi untuk pembelajaran di masa depan. Tahapan terakhir, yaitu Ma-Ga-Ba-Tha-Nga, menekankan pentingnya pembelajaran berkelanjutan:
- WP belajar dari kesalahan dan meningkatkan kepatuhan mereka.
- Auditor mengevaluasi proses audit untuk meningkatkan metodologi mereka.
C. How
Dialektika Hanacaraka menggunakan tahapan berbasis filosofi Jawa: Ha-Na-Ca-Ra-Ka, Da-Ta-Sa-Wa-La, Pa-Dha-Ja-Ya-Nya, dan Ma-Ga-Ba-Tha-Nga. Pendekatan ini menekankan harmoni dan kerja sama dalam penyelesaian konflik.
1. Tahap Ha-Na-Ca-Ra-Ka (Identifikasi Tugas)
Tahap awal ini melibatkan identifikasi peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.
- WP: Menyampaikan laporan pajak dengan benar dan melengkapi dokumen pendukung.
- Auditor: Memeriksa laporan pajak WP secara profesional dan objektif.
Langkah-Langkah:
- Auditor menjelaskan tujuan audit kepada WP, sehingga proses audit tidak dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai bentuk pembinaan.
- WP diberi kesempatan untuk menyampaikan laporan dan menjelaskan posisinya.
Contoh Praktis:
Auditor menjelaskan kepada UKM bahwa audit ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan sekaligus membantu WP memahami aturan perpajakan yang berlaku.
2. Tahap Da-Ta-Sa-Wa-La (Menghadapi Konflik)
Tahap ini berfokus pada identifikasi dan pemahaman konflik dengan pendekatan dialog yang harmonis.