3. Ikon dan Representasi Visual
- Dokumen (Tesis): Sebuah ikon dokumen mewakili data awal yang disampaikan WP. Ini menunjukkan laporan pajak yang menjadi dasar dari seluruh proses audit.
- Kaca Pembesar (Antitesis): Ikon ini menggambarkan auditor yang melakukan analisis mendalam terhadap laporan WP. Fokus pada detail menunjukkan peran auditor dalam mengidentifikasi ketidaksesuaian.
- Jabat Tangan (Sintesis): Ikon jabat tangan melambangkan kesepakatan dan solusi yang dicapai oleh kedua pihak.
4. Filosofi Visualisasi
- Simbol Lingkaran: Dalam konteks Hegelian, lingkaran melambangkan kesinambungan dan keseimbangan. Konflik (antitesis) dilihat sebagai langkah menuju penyelesaian yang lebih tinggi (sintesis).
- Skema Warna: Biru, merah, dan hijau dipilih untuk memberikan sinyal visual yang jelas tentang progresivitas proses---dari posisi awal, konflik, hingga resolusi.
5. Aplikasi Visualisasi dalam Audit
- Bimbingan Auditor: Auditor dapat menggunakan diagram ini untuk merencanakan dan mendokumentasikan tahapan audit. Setiap tahap dijelaskan secara visual, mempermudah tim untuk memahami status audit saat ini.
- Komunikasi dengan WP: Diagram ini membantu WP memahami logika di balik proses audit, mengurangi ketegangan dengan menunjukkan bahwa konflik adalah bagian normal dari proses.
II. Visualisasi Model Dialektika Hanacaraka dalam Audit Perpajakan
Model dialektika Hanacaraka divisualisasikan dalam bentuk diagram spiral empat lapisan, yang mewakili tahap-tahap proses audit berbasis filosofi aksara Jawa. Model ini menciptakan alur yang menggambarkan harmoni dan pembelajaran.
1. Struktur Spiral
Spiral digunakan untuk menggambarkan progresivitas tanpa akhir, yang menunjukkan bahwa proses audit bukan hanya tentang menyelesaikan konflik, tetapi juga tentang pembelajaran berkelanjutan.
- Lapisan 1 (Ha-Na-Ca-Ra-Ka): Melambangkan tugas awal yang dilakukan WP dan auditor. Warna biru muda mencerminkan suasana komunikasi yang terbuka.
- Lapisan 2 (Da-Ta-Sa-Wa-La): Menunjukkan konflik yang muncul selama audit. Warna kuning digunakan untuk menekankan kehati-hatian dan fokus dalam menyelesaikan masalah.
- Lapisan 3 (Pa-Dha-Ja-Ya-Nya): Representasi resolusi melalui kolaborasi. Warna hijau menekankan harmoni yang tercapai.
- Lapisan 4 (Ma-Ga-Ba-Tha-Nga): Tahap refleksi dan pembelajaran. Warna oranye mencerminkan optimisme untuk perbaikan di masa depan.
2. Simbol Aksara Jawa
Setiap lapisan spiral dilengkapi dengan simbol aksara Jawa, yang melambangkan nilai budaya lokal dalam proses audit:
- Ha-Na-Ca-Ra-Ka: "Ada tugas." Simbol ini menegaskan kewajiban awal WP dan auditor dalam memulai proses audit.
- Da-Ta-Sa-Wa-La: "Ada konflik." Simbol ini menggambarkan dinamika konflik yang merupakan bagian tak terpisahkan dari audit.
- Pa-Dha-Ja-Ya-Nya: "Ada resolusi." Simbol ini merepresentasikan upaya bersama untuk mencapai kesepakatan.
- Ma-Ga-Ba-Tha-Nga: "Ada pembelajaran." Simbol ini menekankan pentingnya refleksi pasca-audit.
3. Elemen Ikon dan Warna
- Dokumen dan Panah (Ha-Na-Ca-Ra-Ka): Representasi dokumen menunjukkan tugas awal WP, sementara panah menunjukkan alur kerja.
- Kaca Pembesar (Da-Ta-Sa-Wa-La): Melambangkan analisis auditor dan fokus pada detail ketidaksesuaian.
- Jabat Tangan (Pa-Dha-Ja-Ya-Nya): Menunjukkan resolusi berbasis kerja sama.
- Buku Terbuka (Ma-Ga-Ba-Tha-Nga): Simbol pembelajaran, yang menunjukkan bahwa audit bukan hanya alat pengawasan, tetapi juga sarana edukasi.
4. Filosofi Visualisasi
- Bentuk Spiral: Representasi bahwa setiap siklus audit membawa pembelajaran baru dan meningkatkan pemahaman WP tentang pajak.
- Skema Warna Gradual: Warna yang berubah dari biru muda ke oranye mencerminkan perjalanan dari tugas awal hingga refleksi akhir.
- Simbol Budaya: Penempatan aksara Jawa menekankan pentingnya pendekatan lokal dalam menciptakan hubungan yang harmonis dengan WP.