Mohon tunggu...
Daffa Mahardhika
Daffa Mahardhika Mohon Tunggu... Akuntan - Finance

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110019 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dialetika Hermeneutis Hancaraka untuk Prosedur Audit Pajak

20 Oktober 2024   13:37 Diperbarui: 20 Oktober 2024   13:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pengawal yang bertarung, Dora dan Sembada, melambangkan pertentangan antara pikiran dan hati, atau antara ego dan kesadaran spiritual. Pertarungan mereka hingga kematian melambangkan pentingnya manusia untuk mengatasi dualisme dalam diri mereka, dan akhirnya mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Pada akhirnya, pertarungan ini bukan tentang kemenangan atau kekalahan, tetapi tentang mencapai keselarasan batin.

4. Tafsir Kultural, Identitas dan Kebanggaan Budaya Jawa

Hanacaraka juga bisa ditafsirkan melalui lensa budaya, di mana aksara ini menjadi simbol dari identitas budaya Jawa. Melalui pendekatan hermeneutis, kita bisa melihat bagaimana Hanacaraka mengandung nilai-nilai budaya yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa, termasuk dalam hal cara pandang terhadap dunia, cara hidup, dan cara berinteraksi dengan orang lain.

Hanacaraka sering kali dianggap sebagai representasi dari kebanggaan akan kebudayaan lokal. Dengan menggunakan aksara ini, masyarakat Jawa dapat melestarikan dan menyampaikan tradisi serta nilai-nilai mereka dari generasi ke generasi. Dalam hermeneutika budaya, Hanacaraka adalah medium yang menjembatani masa lalu dan masa kini, menciptakan kesinambungan budaya yang kuat di tengah-tengah perubahan zaman.

5. Tafsir Edukatif, Hanacaraka sebagai Media Pembelajaran Moral

Pendekatan hermeneutis juga dapat diterapkan dalam tafsir edukatif terhadap Hanacaraka, di mana aksara ini dilihat sebagai sarana pembelajaran moral dan etika bagi masyarakat Jawa. Kisah yang terkandung dalam urutan aksara ini -- tentang dua ksatria yang loyal kepada Aji Saka hingga akhirnya bertarung sampai mati karena kesalahpahaman -- memberikan pelajaran berharga tentang loyalitas, kesetiaan, dan pentingnya komunikasi.

6. Tafsir Sejarah, Aksara sebagai Jejak Peradaban Jawa

Dalam tafsir historis, Hanacaraka dapat dipahami sebagai jejak sejarah peradaban Jawa yang panjang. Hermeneutika membantu kita untuk menelusuri bagaimana aksara ini berkembang dan digunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, dari administrasi pemerintahan, sastra, hingga ritual keagamaan.

Dok pribadi: Prof Apollo
Dok pribadi: Prof Apollo

Penerapan konsep dialektika hermeneutis dalam audit pajak, dengan menggunakan analogi Hanacaraka sebagai medium filosofis, mencerminkan pendekatan yang inovatif dan kontekstual dalam memahami audit pajak sebagai prosedur yang tidak hanya berbasis aturan, tetapi juga melibatkan dimensi interpretasi dan analisis kritis. Audit pajak adalah proses evaluasi atas kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, yang umumnya berfokus pada angka dan data. Namun, dengan pendekatan dialektika hermeneutis, audit pajak dapat dilihat lebih dalam, menggabungkan aspek formal dengan konteks sosial, historis, dan kultural yang lebih luas.

Hanacaraka sebagai representasi dari sistem aksara Jawa mengandung makna filosofis dan simbolis yang dapat diinterpretasikan melalui pendekatan hermeneutis. Pendekatan ini berfokus pada bagaimana teks atau simbol dibaca dan dipahami secara mendalam dalam konteksnya. Dengan menggunakan prinsip hermeneutika dalam audit pajak, kita dapat menggali lapisan-lapisan makna di balik setiap data dan kebijakan perpajakan, sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang lebih komprehensif dan holistik. Berikut adalah beberapa poin utama yang dapat diambil dari pendekatan ini dalam konteks prosedur audit pajak:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun