A. Pendahuluan
Setelah serangan 11 September 2001 dan meningkatnya islamophobia, minat terhadap studi Islam meningkat tajam di seluruh dunia, terutama di dunia Barat. Banyak yang penasaran mengenai kepercayaan dan praktik yang dianut oleh umat Muslim di seluruh dunia, khususnya yang berkaitan dengan bagaimana sosok Yesus Kristus (Isa Al-Masih, Yeshua Hamashiach, dan  ) dipahami dalam tradisi religiusitas Islam.
Zeki Saritoprak dalam bukunya Islam's Jesus telah mengungkapkan bahwasanya Yesus adalah salah satu tema terpenting dalam teologi Islam. Ia mencoba menjawab berbagai pertanyaan mendasar:
- 1. Bagaimana Al-Qur'an berbicara tentang Nabi Yesus?
- 2. Apa peran Nabi Yesus dalam teologi Islam?
- 3. Bagaimana pandangan Muslim terhadap kedatangan Nabi Yesus di akhir zaman?
- 4. Bisakah pemahaman tentang Nabi Yesus menjadi titik temu antara Muslim dan Kristen?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar dari karya Saritoprak untuk memperdalam pemahaman tentang Yesus dalam Islam dan membuka ruang dialog antaragama, yang pada dasar aqidah-nya sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.
Setelah serangan 9/11 dan islamophobia yang mencuat, muncul banyak mispersepsi tentang Islam dan umat Muslim di dunia Barat. Salah satu aspek yang sering kali diabaikan adalah pandangan Islam terhadap sosok Nabi Yesus yang sebenarnya sangat signifikan dalam tradisi keagamaan Islam. Nabi Yesus bukanlah tokoh yang dipinggirkan dalam Islam, melainkan salah satu dari nabi yang sangat dihormati (ulul 'azmi).
Dari pertanyaan itulah, Saritoprak berusaha menjelaskan bahwa mempelajari Yesus dalam perspektif Islam dapat membantu menjembatani kesenjangan pemahaman antara Muslim dan non-Muslim serta menciptakan peluang untuk meluruskan aqidah yang salah ketika ada manusia menuhankan sesama manusia atau menuhankan makhluk.
Buku yang ia tulis ini, pada dasarnya, bertujuan untuk mengisi kekosongan pemahaman mengenai Yesus dalam Islam dan menunjukkan bahwa Yesus dalam Islam tidaklah berbeda dari Yesus dalam kekristenan. Namun, kekristenan menuhankan Yesus dengan menganggapnya sebagai anak Tuhan, sedangkan dalam Islam, Yesus diyakini sebagai nabi dan rasul yang menyampaikan firmah Allah berupa tauhid dan syariat Islam pada masa dan wilayahnya.
B. Yesus sebagai Utusan Tuhan (Rasulullah) dalam Islam
1. Kedudukan Yesus di antara Para Nabi
Dalam teologi Islam, Yesus (Isa) merupakan salah satu dari lima nabi ulul 'azmi, atau nabi dengan keteguhan yang luar biasa, bersama dengan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Nuh, dan Nabi Besar Muhammad . Saritoprak menegaskan bahwa, meskipun Yesus adalah utusan Tuhan seperti nabi-nabi lainnya, posisi spiritualnya juga sangat tinggi. Bahkan, tidak ada Muslim yang dapat mencapai derajat spiritual Yesus sepeninggal Nabi Muhammad .
Yesus memiliki keistimewaan yang luar biasa, terutama dalam hal mukjizat yang diberikan oleh Allah Swt. Dalam Al-Qur'an, Yesus disebutkan dapat menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan melakukan berbagai mukjizat lainnya atas karunia dan dengan izin Allah Swt. Mukjizat-mukjizat ini memperkuat status Yesus sebagai nabi dan rasul yang luar biasa dan sebagai tanda kekuasaan Allah Swt.
Dalam tradisi Islam, mukjizat Yesus bukan hanya bukti dari kerasulannya, melainkan juga tanda kasih sayang dan rahmat Allah bagi umat Israil pada masanya. Melalui mukjizat-mukjizatnya, Yesus menunjukkan kekuatan iman dan keyakinannya yang mendalam dan sangat kokoh kepada ketuhanan yang ber-tauhid, hanya bertuhan kepada Allah sebagai Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Islam, Yesus adalah utusan Tuhan, tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari Tuhan atau inkarnasi Tuhan, berbeda dengan pandangan Kristen. Hal ini sangat kontras, sebab Islam sangat mengharamkan segala bentuk "kemusyrikan" atau menyekutukan Allah.
Ini terbukti dengan fakta bahwa Yesus memiliki keterbatasan sebagai manusia dan utusan Tuhan; bahkan dalam peranannya di akhirat, Yesus hanya dapat memohon pengampunan dari Allah untuk para pendosa dan tidak memiliki otoritas untuk memberikan pengampunan sendiri.
Menurut teologi Islam pun, kekuatan permohonan doa Yesus ini masih diutamakan oleh Allah doa (syafa'at) dari Nabi Muhammad . Ini sejalan dengan konsep umum dalam Islam bahwa hanya Allah-lah yang dapat mengampuni dosa, sementara Nabi Muhammad hanya memohon pengampunan umatnya kepada Allah Swt.
2. Sensitivitas terhadap Penghormatan yang Berlebihan
Islam sangat menghormati seluruh nabi yang diutus oleh Allah dan tidak membeda-bedakannya, dalam hal ini termasuk Nabi Isa (Yesus). Namun demikian, di dalam Islam, sama sekali tidak diperbolehkan untuk mendirikan patung atau monumen---juga menggambar rupanya---sebagai bentuk penghormatan dan supaya tidak disembah. Hal ini disebabkan oleh kepekaan Islam terhadap risiko kultus individu, yang dapat berujung pada penyembahan berhala. Dalam hal ini, Islam serupa dengan beberapa denominasi Kristen, seperti Anabaptis dan pengikut Huldrych Zwingli, yang menolak kehadiran ikon di tempat ibadah, meski tetap sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.
Penghormatan yang berlebihan terhadap figur-figur spiritual dalam Islam sangatlah dilarang, karena dapat mengarah pada praktik-praktik yang bertentangan dengan prinsip tauhid, yaitu keyakinan pada keesaan Allah Swt. Oleh karena itu, umat Muslim sangat berhati-hati dalam menghormati Nabi Isa (Yesus), yang memastikan bahwa penghormatan tersebut tidak berubah menjadi bentuk penyembahan dan berakhir pada dosa besar (kemusyrikan). Konsep ini juga menunjukkan betapa tegasnya Islam dalam menjaga kemurnian ibadah dan aqidah-nya hanya kepada Allah Swt., tanpa campur tangan perantara dalam bentuk apa pun, termasuk para nabi. Hal ini dikecualikan dalam bentuk tawassul, yang teman-teman bisa pelajari dari berbagai sumber Islam Indonesia, seperti NU Online, Tebuireng Onling, dll.
3. Kedatangan Yesus di Akhir Zaman
Yesus memiliki peran penting dalam eskatologi Islam atau studi tentang akhir zaman. Dalam teologi Islam, Yesus adalah satu-satunya nabi yang akan datang sebagai figur mesianis dengan peran eskatologis, termasuk membawa keadilan dan kebangkitan agama Islam.
Dalam hal ini, Saritoprak menyebutkan bahwa kedatangan Yesus disebut sebagai nuzul 'Isa, yang berarti "turunnya Yesus" dari surga pada akhir zaman. Meskipun Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyebutkan kembalinya Yesus, hal ini sangat ditekankan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad .
Dalam berbagai hadis, kedatangan Yesus di akhir zaman akan disertai dengan peristiwa-peristiwa besar lainnya, seperti munculnya Dajjal (sosok Antikristus), yang merupakan simbol kejahatan dan penindasan. Nabi Yesus akan turun untuk menegakkan keadilan dan membebaskan dunia dari kekuatan-kekuatan destruktif.
Kedatangan Yesus dipandang sebagai rahmat dari Allah untuk umat manusia dan ini merupakan salah satu momen penting dalam rangkaian tanda-tanda besar menjelang Hari Kiamat (Al-Sa'ah). Bagi umat Muslim, keyakinan akan turunnya Yesus adalah bentuk optimisme bahwa keadilan dan kebenaran pada akhirnya akan menang.
Yesus pun akan bertugas untuk menghancurkan salib-salib, membunuh babi-babi, dan membunuh dajjal. Hal ini berkaitan dengan Yesus yang akan turun untuk meluruskan aqidah para penyembahnya yang mengklaim sebagai "pengikut"-nya.
Kedatangan Yesus merupakan salah satu tanda besar menjelang Al-Sa'ah atau Hari Kiamat bersama dengan munculnya Dajjal (sosok Antikristus) dan terbitnya matahari dari barat. Meskipun tanda-tanda ini sering dipahami secara harfiah, Saritoprak berpendapat bahwa ada ruang untuk memahaminya secara alegoris. Yang pasti, umat Muslim meyakini kebenaran kedatangan Yesus karena Nabi Muhammad telah berbicara tentang hal ini. Yesus pun akan melanjutkan syari'at Nabi Muhammad dan tidak akan mempebaharui hukum-hukumnya.
4. Peran dalam Membawa Keadilan
Yesus dalam eskatologi Islam datang sebagai rahmat dari Allah Swt. untuk membawa keadilan di dunia. Bersama dengan Imam Al-Mahdi, figur mesianis Muslim yang muncul dari keturunan Nabi Muhammad , Yesus akan berjuang melawan Dajjal yang merupakan simbol penindasan dan kejahatan.
Saritoprak menekankan bahwasanya peranan Yesus dalam eskatologi Islam berbeda sekali dengan konsep kedatangan "Kerajaan Tuhan" dalam teologi Kristen, di mana segala bentuk kejahatan akan lenyap. Dalam pandangan Islam, dunia ini tetap menjadi tempat ujian bagi umat manusia, sehingga keberadaan kejahatan tidak sepenuhnya hilang.
Yesus dan Imam Al-Mahdi akan bekerja sama untuk menegakkan tatanan yang adil di dunia. Mereka akan melawan ketidakadilan dan kezaliman yang dibawa oleh Dajjal.
Dalam konteks ini, Yesus tidak hanya dilihat sebagai figur spiritualitas, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang akan memimpin umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Yesus akan membawa pesan yang jelas bahwa keadilan harus ditegakkan dan kejahatan harus dilawan. Ini adalah bagian dari tugasnya sebagai nabi---yang remedial karena belum tuntas mengajarkan tauhid dan malah dituhankan oleh "pengikut"-nya---dan pemimpin yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk mengakhiri ketidakadilan di dunia.
C. Struktur Buku dan Tujuan
Tujuan utama buku ini diulas adalah untuk menjelaskan Yesus dari perspektif teologi Islam sebagai tema penting dalam kerasulan dan eskatologi Islam. Saritoprak yakin bahwa fokus pada Nabi Yesus sebagai figur utama dalam teologi Islam akan menarik minat bagi umat Kristen, Muslim, dan semua pihak yang tertarik dengan upaya dialog antaragama untuk menegakkan tauhid dan syari'at Nabi Muhammad .
Buku ini sendiri terdiri dari sembilan bab yang menguraikan elemen utama teologi Muslim terkait Yesus dan kedatangannya serta implikasinya bagi pemahaman Muslim-Kristen di masa kini. Berikut ini rinciannya:
- 1. Bab 1 mengeksplorasi Yesus dalam Al-Qur'an dan memberikan pengetahuan dasar tentang Yesus sebagai utusan Allah (Rasulullah). Bab ini juga mengajukan pertanyaan apakah kedatangan Yesus telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Selain itu, bab ini membahas ayat-ayat Al-Qur'an tentang kelahiran Yesus, atribut-atributnya, masalah kematiannya, penyaliban, dan kenaikannya kepada Tuhan.
- 2. Bab 2 membahas peran eskatologis Yesus dari perspektif Al-Qur'an.
- 3. Bab 3 menempatkan pengetahuan tentang peristiwa masa depan dalam teologi Islam dan kedudukan Yesus di antara peristiwa-peristiwa eskatologis sebagai salah satu tanda Hari Kiamat yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad .
- 4. Bab 4 memberikan contoh-contoh konkret dari literatur Hadis mengenai kedatangan Yesus di akhir zaman, melalui diskusi mendalam berdasarkan metodologi kritik Hadis.
- 5. Bab 5 mengeksplorasi berbagai spekulasi tentang waktu dan tempat kedatangan Yesus, yang semuanya menunjukkan kehadiran Yesus sebagai penolong, penyelamat, dan pembawa keadilan (menegakkan tauhid dan menghancurkan segala bentuk kemusyrikan di muka bumi).
- 6. Bab 6 membahas skenario eskatologis Islam tentang aliansi antara Yesus (Isa Al-Masih) dan Imam Al-Mahdi melawan Al-Masih Ad-Dajjal.
- 7. Bab 7 dan 8 meneliti perbedaan antara pendekatan literal dan alegoris terhadap peran eskatologis Yesus dalam teologi Islam. Bab-bab ini menunjukkan pentingnya pemahaman alegoris terhadap teks-teks keagamaan tertentu.
- 8. Bab 9 atau bab terakhir berargumen bahwa Nabi Yesus dan kedatangannya dalam Islam dapat menjadi dasar bersama bagi umat Kristen dan Muslim serta memberikan kontribusi bagi dialog antaragama yang lebih luas di antara anggota keluarga Abrahamik---Yahudi, Kristen, dan Muslim---serta penganut agama lain untuk selalu menyebarkan agama Islam dan tauhid.
Buku ini juga diperkaya dengan dua lampiran dari ulama Turki terkemuka, Muhammed Hamdi Yazr  (w. 1942) dan Fethullah Glen  (w. 2024). Terjemahan dari Yazr (Lampiran 2) adalah karya terjemahan Saritoprak sendiri dan merupakan yang pertama tersedia dalam bahasa Inggris. Lampiran 1 adalah dokumen asli yang diberikan oleh Glen dan telah diedit sedikit oleh Saritoprak.Â
Meskipun ada beberapa buku dalam bahasa Inggris yang membahas kedudukan Yesus dalam Islam, hampir tidak ada buku dalam bahasa Inggris yang secara khusus membahas kedatangan eskatologis Yesus dalam Islam. Saritoprak berharap bahwa karya ini akan membantu mengisi kekosongan dalam literatur ilmiah dan menjadi sumber bagi mereka yang ingin mempelajari topik ini lebih mendalam. Ia berharap bahwa buku Islam's Jesus akan memberikan kontribusi pada pemahaman Islam tentang Yesus dan mendorong dialog antara Muslim, Kristen, Yahudi, dan penganut agama lainnya.
D. Dialog Antaragama
Saritoprak berpendapat bahwasanya kepercayaan terhadap Nabi Yesus dapat menjadi dasar yang kuat untuk dialog antaragama yang beradab dan dengan hikmah, khususnya antara Muslim dan Kristen. Baik dalam Islam maupun Kristen, Nabi Yesus dipandang sebagai sosok yang penting dan mulia.
Islam mengakui Yesus sebagai utusan Tuhan dan menyebutnya dalam Al-Qur'an, bahkan ada satu surah yang dinamakan Maryam atau Mary dan Maria, yang merujuk kepada ibunda Yesus. Hal ini menunjukkan betapa besar penghormatan umat Muslim terhadap Yesus dan keluarganya.
Yesus adalah figur yang dapat menghubungkan kedua agama terbesar di dunia ini. Dalam Islam, Yesus adalah simbol dari keadilan, kasih sayang, dan keteguhan iman, nilai-nilai yang juga dihargai dalam tradisi Kristen.
Saritoprak menekankan bahwasanya melalui pemahaman yang lebih dalam tentang Yesus, umat Muslim dan Kristen dapat menemukan banyak kesamaan yang dapat mendasari hubungan yang lebih harmonis dan saling menghormati. Selain itu, fakta bahwa Yesus adalah tokoh penting dalam kedua tradisi agama ini bisa menjadi landasan yang kokoh untuk mempromosikan kerja sama dalam isu-isu kemanusiaan seperti perdamaian, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.
Dalam pandangan Saritoprak, pemahaman yang lebih baik tentang sosok Yesus dalam Islam dapat menjadi jembatan bagi kerja sama dan pemahaman yang lebih dalam antara kedua komunitas agama ini.
Sebagai populasi yang berjumlah setengah dari masyarakat manusia di dunia, Muslim dan Kristen (segala denominasinya yang banyak dan beragam) memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada perdamaian dunia. Dalam hal ini, Yesus bisa menjadi simbol persatuan di antara mereka.Â
Dengan mendalami pandangan masing-masing tentang Yesus, kedua komunitas dapat belajar untuk saling menghargai perbedaan satu sama lain. Bagi Islam, isu kristenisasi harus dihadapi dengan hikmah dan dialog antaragama menggunakan Bible dan Al-Qur'an, sebab Islam sangat yakin bahwa kebenaran akan menang. Begitu pula, bagi kekristenan, upaya misionaris harus dikurangi di negara yang mayoritas Islam. Bagi kekristenan, misionaris harus dilakukan di depan publik (tidak boleh diam-diam atau door to door) dan juga harus menggunakan dalil-dalil keagamaan masing-masing, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan di kedua belah pihak.
Referensi
Saritoprak, Zeki. Islam's Jesus. Gainesville: University Press of Florida, 2020. https://books.google.co.id/books?id=NYLSEAAAQBAJ.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H