Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Salam dan berkah tercurah kepada Nabi pilihan-Nya yang ummi, serta kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya yang mulia, dan semua rasul dan nabi:
Allah Yang Maha Kuasa berfirman:Â "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."Â (QS Al-Hujurat: 13).
Ini adalah sebuah deklarasi kepada saudara-saudara kita di negeri-negeri Islam dan di seluruh dunia, bahwa Amman, ibu kota Kerajaan Hashemite Yordania, bangga untuk mengeluarkan pernyataan ini saat bulan suci Ramadhan di mana Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan untuk petunjuk itu dan sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah.
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang bathil)..."Â (QS Al-Baqarah: 185).
Dalam deklarasi di Amman ini, kami berbicara terus terang kepada umat (Islam) pada masa yang sulit dalam sejarahnya, mengenai bahaya yang mengancamnya. Kami menyadari tantangan yang dihadapi umat, yang mengancam identitasnya, menyerang prinsip-prinsipnya (kalimah), dan berusaha untuk mendistorsi agamanya serta merusak apa yang dianggap sakral olehnya. Saat ini, pesan mulia Islam menghadapi serangan sengit dari mereka yang mendistorsi dan memalsukan untuk berusaha menggambarkan Islam sebagai musuh mereka. Islam juga berada di bawah serangan dari sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut Islam dan melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab atas namanya.
Pesan mulia ini, yang diturunkan oleh Sang Pencipta---Yang Agung Kekuasaan-Nya---kepada Nabi Muhammad yang tidak dapat membaca dan menulis (ummi)---dan yang kemudian dilanjutkan oleh para penerus (khalifah rasyidun), ulama-ulama, dan anggota keluarganya setelahnya, adalah sebuah seruan persaudaraan, kemanusiaan, dan agama yang mencakup seluruh aktivitas manusia. Islam menyatakan kebenaran secara langsung, memerintahkan apa yang benar, melarang apa yang salah, menghormati manusia, dan menerima orang lain.
Kerajaan Hashemite Yordania telah mengambil jalan untuk mempromosikan citra Islam yang benar dan terang, dengan tujuan untuk menghentikan tuduhan terhadapnya dan menangkis serangan-serangan yang diarahkan kepadanya. Hal ini sesuai dengan tanggung jawab spiritual dan historis yang diwarisi oleh monarki Hashemite, yang dihormati sebagai keturunan langsung dari Nabi, Rasul Allah yang membawa pesan ini. Selama lima dekade, Yang Mulia Raja Hussein bin Thalal---semoga Allah merahmatinya---menunjukkan jalan ini dengan upaya gigih yang dilakukannya. Sejak hari ia mengangkat bendera, Yang Mulia Raja Abdullah II melanjutkan upaya ini, dengan keteguhan dan tekad, sebagai pelayanan kepada Islam, untuk memperkuat solidaritas 1,2 miliar Muslim yang merupakan seperlima umat manusia, guna mencegah mereka dari pemarginalan atau pengucilan dari pergerakan masyarakat manusia dan menegaskan peran mereka dalam membangun peradaban manusia serta berpartisipasi dalam kemajuannya pada zaman kita sekarang ini.
Islam didirikan atas prinsip-prinsip dasar, yang pokoknya adalah kesaksian akan keesaan Allah (tauhid); iman kepada risalah Nabi-Nya; hubungan terus-menerus dengan Sang Pencipta melalui shalat; melatih dan memperbaiki jiwa melalui puasa Ramadhan; menjaga satu sama lain dengan membayar zakat; persatuan umat melalui ibadah haji tahunan ke Bait Suci Allah yang [dilakukan] oleh mereka yang mampu; dan [mematuhi] hukum-hukum-Nya yang mengatur perilaku manusia dalam segala dimensinya. Sepanjang sejarah, prinsip-prinsip dasar ini telah membentuk umat yang kuat dan kohesif serta peradaban yang begitu besar. Mereka menjadi saksi bagi prinsip-prinsip mulia dan nilai-nilai yang mengukuhkan kebaikan umat manusia, yang dasarnya adalah kesatuan spesies manusia, serta kesetaraan hak dan kewajiban, kedamaian dan keadilan, keamanan yang menyeluruh, tanggung jawab sosial bersama, berbuat baik kepada tetangga, melindungi harta benda dan properti, menghormati janji, dan lain-lain.
Bersama-sama, prinsip-prinsip ini memberikan dasar bersama bagi para pengikut agama dan kelompok orang yang berbeda. Itu karena asal mula agama-agama ilahi adalah satu, dan Muslim percaya pada semua Rasul Allah dan tidak membedakan antara salah satu dari mereka. Menolak risalah salah satu dari mereka adalah penyimpangan dari Islam. Ini menetapkan landasan yang luas bagi para penganut agama yang berbeda untuk bertemu dengan yang lain di atas dasar yang sama, untuk melayani masyarakat manusia tanpa melanggar perbedaan keyakinan atau kebebasan intelektual. Untuk semua ini, kami mendasarkan diri pada firman-Nya:
Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Mereka juga berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali." (QS Al-Baqarah: 285).
Islam menghormati setiap manusia, tanpa memandang warna kulit, ras, atau agamanya:
"Sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS Al-Isra': 70).
Islam juga menegaskan bahwa cara menyeru [orang lain] kepada Allah didasarkan pada kebaikan dan kelembutan:Â
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik (ahsan)." (QS An-Nahl: 125).Â
Selain itu, Islam menghindari kekerasan dan kebrutalan dalam menghadapi dan berbicara dengan orang lain:Â
"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (yang penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS Ali 'Imran: 159).
Islam telah menjelaskan bahwa tujuan dari pesannya adalah untuk mewujudkan rahmat dan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Yang Maha Tinggi telah berfirman,Â
"Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam."Â (QS Al-Anbiya': 107).Â
Dan Nabi Muhammad bersabda,Â
"Yang Maha Penyayang merahmati mereka yang penyayang, maka sayangilah yang ada di bumi, niscaya Dia yang di langit akan menyayangimu."
Islam menyeru untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Islam mendorong toleransi dan pengampunan yang mengekspresikan kemuliaan manusia:Â
"Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (QS Asy-Syu'ar': 40).
"Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).
Islam menegaskan prinsip keadilan dalam berinteraksi dengan orang lain, menjaga hak-hak mereka, dan menegaskan bahwa seseorang tidak boleh mengingkari hak orang lain:Â
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Ma'idah: 8).Â
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS An-Nisa': 58).Â
"Maka, sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan (hak-hak) orang lain sedikit pun. Jangan (pula) berbuat kerusakan di bumi setelah perbaikannya. Itulah lebih baik bagimu, jika kamu beriman." (QS Al-A'raf: 85).
Islam mewajibkan penghormatan terhadap janji dan perjanjian, serta mematuhi apa yang telah disepakati; dan Islam melarang pengkhianatan dan pengingkaran janji:Â
"Tunaikanlah janji Allah apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu membatalkan sumpah setelah mengukuhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS An-Nahl: 91)
Islam mengakui kedudukan mulia kehidupan manusia, sehingga tidak boleh ada pertempuran melawan orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan dan tidak boleh ada serangan terhadap warga sipil dan harta benda mereka, anak-anak yang berada di pelukan ibunya, siswa di sekolah mereka, ataupun orang tua baik pria atau wanita. Serangan terhadap kehidupan manusia, baik pembunuhan, luka, atau ancaman, adalah serangan terhadap hak hidup di antara seluruh umat manusia. Ini adalah salah satu dosa terbesar; karena kehidupan manusia adalah dasar bagi kemakmuran umat manusia:Â
"Barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia." (QS Al-Ma'idah: 32).
Agama Islam didirikan di atas keseimbangan, moderasi, dan kemudahan:Â
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (QS Al-Baqarah: 143).Â
Nabi Muhammad bersabda:Â
"Permudahlah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari."Â
Islam telah memberikan landasan bagi pengetahuan, pemikiran, dan kontemplasi yang memungkinkan terciptanya peradaban yang mendalam yang menjadi penghubung penting melalui mana Barat mencapai pintu gerbang pengetahuan modern, dan dalam pencapaiannya non-Muslim berpartisipasi, sebagai konsekuensi dari menjadi peradaban manusia yang komprehensif.
Tidak ada hari yang berlalu tanpa agama ini berperang melawan ekstremisme, radikalisme, dan fanatisme, karena ketiganya menutupi akal dari memperkirakan konsekuensi negatif [dari tindakan seseorang]. Ketergesa-gesaan buta semacam ini berada di luar aturan manusia yang berkaitan dengan agama, akal, dan karakter. Mereka bukanlah karakter sejati dari seorang Muslim yang toleran dan menerima.
Islam menolak ekstremisme, radikalisme, dan fanatisme---sama seperti semua agama surgawi yang mulia menolak mereka---menganggapnya sebagai jalan yang menyimpang dan bentuk ketidakadilan. Selain itu, hal ini bukanlah sifat yang mencirikan bangsa tertentu; itu adalah penyimpangan yang telah dialami oleh semua bangsa, ras, dan agama. Mereka bukanlah ciri khas satu umat; sungguh mereka adalah fenomena yang dialami oleh setiap bangsa, setiap ras, dan setiap agama.
Kami mengecam dan mengutuk ekstremisme, radikalisme, dan fanatisme hari ini, sebagaimana leluhur kami tanpa lelah mengecam dan menentangnya sepanjang sejarah Islam. Mereka adalah orang-orang yang menegaskan, seperti halnya kami, pemahaman yang kuat dan tidak tergoyahkan bahwa Islam adalah agama dengan sifat-sifat luhur dalam tujuannya dan cara-caranya; agama yang berupaya untuk kebaikan umat manusia, kebahagiaan mereka di dunia ini dan di akhirat; dan agama yang hanya dapat dipertahankan dengan cara-cara yang etis; dan tujuan tidak membenarkan cara dalam agama ini.
Sumber hubungan antara Muslim dan lainnya adalah kedamaian; karena tidak ada pertempuran [yang diizinkan] ketika tidak ada agresi. Bahkan dalam keadaan itu, [itu harus dilakukan dengan] kebaikan, keadilan, dan kebajikan:Â
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS Al-Mumtahanah: 8).Â
"Jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim." (QS Al-Baqarah: 193).
Atas dasar agama dan moral, kami mengecam konsep terorisme modern yang dikaitkan dengan praktik-praktik salah, apa pun sumber dan bentuknya. Tindakan-tindakan seperti itu direpresentasikan oleh agresi terhadap kehidupan manusia secara opresif yang melampaui aturan-aturan Allah, menakuti mereka yang aman, melanggar hak warga sipil yang damai, menghabisi yang terluka, dan membunuh tahanan; serta menggunakan cara-cara yang tidak etis, seperti menghancurkan bangunan dan menjarah kota:Â
"Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan (alasan) yang benar." (QS Al-An'am: 151).
Kami mengutuk praktik-praktik ini dan percaya bahwa melawan penindasan dan menegakkan keadilan harus dilakukan dengan cara-cara yang sah. Kami menyeru kepada umat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai kekuatan dan keteguhan dalam membangun identitas dan menjaga hak-hak.
Kami menyadari bahwa sepanjang sejarah, ekstremisme telah menjadi alat penghancur capaian-capaian mulia dalam peradaban besar, dan bahwa pohon peradaban akan layu ketika kebencian menguasai hati. Dalam segala bentuknya, ekstremisme adalah sesuatu yang asing bagi Islam, di mana Islam didirikan di atas keseimbangan dan toleransi. Tidak ada manusia yang hatinya diterangi oleh Allah yang bisa menjadi seorang ekstremis radikal.
Pada saat yang sama, kami mengecam kampanye distorsi terang-terangan yang menggambarkan Islam sebagai agama yang mendorong kekerasan dan menginstitusionalisasikan terorisme. Kami menyeru kepada komunitas internasional untuk bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menerapkan hukum internasional dan menghormati mandat dan resolusi internasional yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, memastikan bahwa semua pihak menerimanya dan bahwa mereka diterapkan tanpa standar ganda, untuk menjamin kembalinya hak kepada pemiliknya yang sah dan mengakhiri penindasan. Mencapai hal ini akan menjadi kontribusi signifikan untuk mencabut akar kekerasan, fanatisme, dan ekstremisme.
Jalan agama yang besar ini, yang kami banggakan untuk menjadi bagian darinya, menyeru kami untuk terlibat dan berpartisipasi dalam masyarakat modern, serta berkontribusi pada peningkatannya dan kemajuannya, membantu satu sama lain dengan segala kemampuan [untuk mencapai] kebaikan dan pemahaman, menginginkan keadilan bagi semua orang, sambil dengan setia mengumumkan kebenaran [agama kami], dan dengan tulus mengekspresikan kebenaran iman dan keyakinan kami---semua yang didasarkan pada panggilan Allah untuk hidup berdampingan dan bertakwa. [Kami dipanggil] untuk bekerja menuju pembaharuan peradaban kami, berdasarkan pada bimbingan agama, dan mengikuti kebijakan intelektual praktis yang telah ditetapkan.
Komponen utama dari kebijakan-kebijakan ini mencakup pengembangan metode untuk mempersiapkan para dai, dengan tujuan memastikan bahwa mereka memahami semangat Islam dan metodologinya dalam mengatur kehidupan manusia, serta memberi mereka pengetahuan tentang budaya kontemporer, sehingga mereka mampu berinteraksi dengan masyarakat mereka berdasarkan kesadaran dan wawasan:Â
"Katakanlah, Inilah jalanku; aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata (bukti yang nyata)." (QS Yusuf: 108)
Selain itu, pemanfaatan revolusi komunikasi untuk membantah keraguan yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, dengan cara yang intelektual yang benar, tanpa kelemahan atau kegelisahan, dan dengan gaya yang menarik pembaca, pendengar, dan pemirsa; mengonsolidasikan struktur pendidikan bagi individu Muslim, yang percaya diri dalam pengetahuan dan kemampuan mereka, bekerja untuk membentuk identitas integral yang melindungi dari kekuatan-kekuatan yang merusak; minat pada penelitian ilmiah dan bekerja dengan ilmu pengetahuan modern berdasarkan pada perspektif Islam yang membedakan antara penciptaan, kehidupan, dan manusia; memanfaatkan pencapaian modern di bidang sains dan teknologi; mengadopsi pendekatan Islam untuk mewujudkan pembangunan yang komprehensif yang didasarkan pada keseimbangan yang halus antara dimensi spiritual, ekonomi, dan sosial; memenuhi hak asasi manusia dan kebebasan dasar, menjamin kehidupan, martabat, dan keamanan, serta menjamin kebutuhan dasar; mengelola urusan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan musyawarah; dan memanfaatkan barang-barang dan mekanisme untuk mengadopsi demokrasi yang disajikan oleh masyarakat manusia.
Harapan terletak pada para ulama bangsa kita, bahwa melalui realitas Islam dan nilai-nilainya mereka akan mencerahkan pemikiran pemuda kita---perhiasan zaman kita dan janji masa depan kita. Para ulama melindungi pemuda kita dari bahaya tergelincir ke jalan kebodohan, korupsi, pemikiran tertutup, dan ketertutupan pikiran. Para ulama adalah yang menerangi mereka jalan-jalan toleransi, moderasi, dan kebaikan, serta mencegah mereka dari [jatuh] ke dalam jurang ekstremisme dan fanatisme yang menghancurkan jiwa dan tubuh.
Kami berharap para ulama kita akan memimpin kami dalam mengambil peran kami dan menegaskan prioritas kami, sehingga mereka dapat menjadi teladan dalam agama, karakter, perilaku, dan ucapan yang bijaksana, menyajikan kepada umat agama mulia mereka yang membawa kemudahan [dalam semua hal] dan hukum praktisnya yang membawa kebangkitan dan kebahagiaan bagi umat. Di antara individu umat dan di seluruh penjuru dunia, mereka menyebarkan kebaikan, kedamaian, dan kebajikan, melalui pengetahuan yang mendalam, kebijaksanaan yang tajam, dan bimbingan politik dalam semua hal, mempersatukan dan tidak memecah belah, menenangkan hati dan tidak membuat mereka terasing, melihat ke cakrawala pemenuhan untuk memenuhi persyaratan dan tantangan abad ke-21.
Kami memohon kepada Allah untuk mempersiapkan bagi bangsa Islam kita jalan kebangkitan, kesejahteraan, dan kemajuan; untuk melindunginya dari kejahatan ekstremisme dan pemikiran tertutup; untuk menjaga hak-haknya, mempertahankan kemuliaannya, dan menjunjung tinggi kehormatannya. Alangkah baiknya Tuhan sebagai Pelindung, dan alangkah baiknya Dia sebagai Penolong.
Allah Yang Maha Kuasa berfirman:Â
"Dan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS Al-An'am: 152-153).
Dan akhir dari doa kami adalah bahwa segala puji hanya milik Allah, Tuhan seluruh alam.Â
Doa mereka di dalamnya adalah "Subhnakallhumma" ('Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami') penghormatan mereka di dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah "Alamdu lillhi rabbil 'lamn" ('segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam'). (QS Yunus: 10).
Amman, Kerajaan Hashemite Yordania, Ramadhan 1425 Hijriyah atau November 2004
Referensi
Ibn Al-Hussein, Abdullah II. The Amman Message. Yordania: The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, 2009.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H