Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perempuan, Analisis Kelas, dan Sosialisme: Clara Zetkin dan Solusi Revolusioner

25 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 24 November 2024   23:08 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Kowani (Sumber: National Museum of World Cultures via Wikimedia Commons)

Perjuangan perempuan proletar tidak hanya melawan laki-laki di kelas mereka, tetapi mereka berjuang juga untuk melawan seluruh kelas kapitalis. Tujuan akhir dari gerakan perempuan proletar adalah penguasaan politik proletariat, bukan sekadar memperjuangkan kompetisi bebas dengan pria.

Perempuan proletar harus berjuang bersama pria kelas mereka untuk bersama-sama melawan masyarakat kapitalis, dan meskipun mereka setuju dengan beberapa tuntutan gerakan perempuan bourgeois, mereka melihat pemenuhan tuntutan ini sebagai cara untuk memasukkan gerakan tersebut ke dalam perjuangan kelas proletariat.

F. Persimpangan Gerakan Perempuan Bourgeois dan Proletar

1. Reformasi dan Resistensi

Zetkin mengkritik lambatnya kemajuan reformasi di Jerman karena ketakutan pria akan kompetisi dalam profesi liberal dan perkembangan demokrasi bourgeois yang lambat. Negara-negara dengan demokrasi bourgeois yang lebih maju seperti Inggris telah melakukan reformasi lebih cepat, sementara demokrasi Jerman masih terbelakang karena ketakutan terhadap proletariat.

2. Advokasi Sosial-Demokrat

Zetkin menekankan pentingnya advokasi politik untuk kesetaraan perempuan yang dilakukan oleh Partai Sosial-Demokrat di Jerman. Reformasi hak politik perempuan harus dilihat sebagai bagian dari perjuangan kelas proletariat.

Dia memuji buku August Bebel, Woman and Socialism, yang menekankan hubungan antara masalah perempuan dan perkembangan sejarah serta mengajak perempuan untuk menjadi mitra perjuangan dalam meraih masa depan yang gilang-gemilang.

G. Pendekatan Praktis (Agitasi dan Integrasi)

Zetkin menegaskan bahwa agitasi Sosialis oleh perempuan proletar harus menyasar perempuan sebagai bagian dari perjuangan kelas secara umum, bukan hanya isu perempuan semata. Tujuan utamanya adalah untuk mengintegrasikan perempuan proletar ke dalam perjuangan kelas dan memastikan mereka terlibat dalam perjuangan politik dan ekonomi untuk mencapai perubahan sosial yang lebih luas.

H. Tantangan dalam Mengorganisasi Perempuan Pekerja

Zetkin mencatat bahwa pengorganisasian perempuan pekerja menghadapi berbagai kesulitan. Pada periode tahun 1892 hingga 1895, hanya sekitar 7.000 perempuan pekerja yang terdaftar dalam serikat pekerja pusat, meskipun ada sekitar 700.000 perempuan pekerja di perusahaan-perusahaan besar. Kesulitan dalam mengorganisasi perempuan pekerja diperparah oleh:

  • Industri Rumah Tangga: Banyak perempuan terlibat dalam industri rumahan, yang sulit diorganisasi karena sifat pekerjaannya yang tersebar dan tidak teratur.
  • Pandangan terhadap Pekerjaan Industri Perempuan: Banyak perempuan melihat pekerjaan industri sebagai sementara, yang akan berhenti setelah menikah. Hal ini menghambat semangat untuk berorganisasi.
  • Beban Ganda: Perempuan sering kali harus menjalani pekerjaan di pabrik dan di rumah, sehingga menambah beban mereka.

I. Hambatan Hukum dan Kebijakan

Zetkin mengkritik berbagai kebijakan dan undang-undang yang menghambat partisipasi perempuan dalam serikat pekerja:

1. Hukum Serikat Pekerja di Jerman

Undang-undang serikat pekerja di negara bagian seperti Prusia dan Bavaria sering kali mengekang hak perempuan untuk berorganisasi. Di Prusia (nama Kekaisaran Jerman pada zaman itu), undang-undang ini diterapkan dengan ketat, sementara di Bavaria, perempuan dilarang hadir dalam pertemuan publik.

2. Interpretasi Hukum

Zetkin mengkritik pejabat kerajaan, seperti Herr von Freilitzsch, yang menafsirkan hukum serikat pekerja dengan cara yang menghalangi partisipasi perempuan. Ia juga menyinggung penggunaan interpretasi hukum yang kaku dan tidak sesuai dengan niat awal pembuat undang-undang.

J. Strategi Propaganda untuk Perempuan

Untuk mengatasi kesulitan ini, Zetkin mengusulkan beberapa strategi propaganda:

1. Pamflet Kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun