Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Gerilya dan Diplomasi Licik, Kiasan Revolusi oleh Tan Malaka

5 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   10:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Camkanlah arti yang dalam dari pada Diplomasi-Serigala-Licik itu dengan Gagak-Pelagak (vain idle)[sombong, sia-sia, dan tidak berguna] itu!!!

Mungkin boleh sambil ibaratnya buat menafsirkan Diplomasi Indonesia-Belanda sampai sekarang!!!

1. Cerita dan Makna

Kisah ini menceritakan burung gagak yang tertipu oleh pujian dari serigala licik. Serigala memanfaatkan kelemahan burung gagak, yaitu kesombongan dan keinginannya untuk terus dan selalu dipuji, supaya serigala dapat mengambil dendeng yang diinginkannya. Kemudian, Burung Gagak yang tidak sadar akan kelemahannya tiba-tiba telah menjadi korban dari kelicikan serigala.

2. Diplomasi dalam Konteks Indonesia-Belanda

Tan Malaka menggunakan cerita ini sebagai metafora untuk hubungan diplomasi Indonesia-Belanda pada masa revolusi. Dalam hal ini:

  • Serigala: Dalam hal ini melambangkan kelicikan Belanda yang menggunakan strategi diplomasi untuk mendapatkan keuntungan dari Indonesia.
  • Burung Gagak: Dalam hal ini, mewakili pihak yang kurang waspada terhadap tipu muslihat dan kelemahan diri sendiri, yakni Pemerintah Republik (menurut Tan Malaka).

Pesan utama dari cerita ini kemudian adalah bahwa, dalam sebuauh perundingan atau diplomasi, pihak yang licik sering kali mencoba memanfaatkan kelemahan lawannya untuk mencapai tujuan. Tan Malaka dalam hal ini memperingatkan dengan satirenya bahwa Indonesia harus berhati-hati agar tidak jatuh dalam perangkap pujian atau janji manis yang ditawarkan Belanda.

3. Relevansi terhadap Kritik Sosial

Tan Malaka juga menggunakan kisah ini untuk mengkritik pembesar negara yang lebih suka menerima “pujian daripada kritik”. Ia menyoroti pentingnya introspeksi dan kesadaran diri dalam memimpin sebuah negara, khususnya di tengah perjuangan revolusi yang sedang berkobar-kobar.

Sang Gerilya: Simbol Heroisme dan Pengorbanan

Di tengah-tengah Masyarakat Rakyat Murba,

Ikut-serta bekerja di sawah, kebun, pabrik, dan tambang,

Di waktu tiada berlatih atau berjuang!

Berlaku sebagai guru kepada murid,

Dan sebagai juru rawat kepada yang sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun