Mohon tunggu...
M Daffa Rafiecena
M Daffa Rafiecena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memberi inspirasi bukan sensasi

Lahir di Jakarta, traveler, culinary and movies lover, Mahasiswa Hukum, Sedang menata masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pasang Surut Demokrasi Dunia 2024

27 April 2024   06:00 Diperbarui: 27 April 2024   06:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemilu 2024, sumber : foreignpolicy.com

Bahkan partai Kuomintang yang digadang-gadang sebagai partai pro Beijing mulai bergeliat atas ketidakstabilan politik di Taiwan terutama hubungan panas dingin antara Tiongkok dengan Taiwan di bawah bayangan Amerika Serikat.

Bergeser ke India sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, sekarang disebutkan mengalami pasang surut.

Dilansir dari DW News, selama kepemimpinan dua periode Perdana Menteri Narendra Modi, timbul gejolak politik dan sosial seperti diskriminasi mayoritas Hindu terhadap minoritas terutama penduduk pemeluk Islam.

Kebijakan mengganti nama negara menjadi Bharat karena dianggap nama India peninggalan kolonial, lantas menimbulkan kontroversi terhadap demokrasi India.

Oposisi rata-rata berpaham sosialisme demokrasi atau liberal tengah menganggap pergantian nama hanya untuk mempertegas kepemimpinan partai penguasa mayoritas Hindu BJP (Bharatiya Janata Party) dengan berhaluan nasionalisme konservatif mayoritas hindu.

Media-media asing khususnya dari negara barat diketahui sangat memperhatikan pemilu-pemilu berbagai belahan dunia terutama di Indonesia.

Perlu digaris bawahi berdasarkan laman dari Foreignpolicy.com sebagian besar negara penyelengara pemilu 2024 merupakan negara demokrasi yang tidak sempurna sekitar 40% Indonesia salah satunya.

Tidak ketinggalan terpilihnya kembali Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia menjadi sorotoan media barat dengan notabene dikecam bangsa barat terutama NATO dapat mengancam asas demokrasi dunia.

Secara mengejutkan Vladimir Putin memenangi kembali dalam pemilihan Presiden sekitar 87% melesat jauh meinggalkan pesaingnya , maka tidak heran konfontasi antara bangsa barat yang pro-demokrasi dengan Rusia dibawah rezim Putin masih berlanjut perihal invasi terhadap wilayah kremlin di Ukraina.

Alangkah baiknya, kita memperhatikan kembali kondisi negara-negara yang sempat mengalami guncungan hebat sebagai titk balik demokrasi atas kekuasaan yang bersifat absolut atau disingkatnya Arab Spring.

Dikatakan demokrasi dan birokrasi negara-negara yang terdampak sepuluh tahun kemudian mengalami gejolak yang luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun