Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Lebaran dengan Dodol Betawi

20 April 2022   21:23 Diperbarui: 20 April 2022   21:48 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai varian dodol Betawi bikinan Ibu April (foto : dok Nur Terbit)

Ummi mengaku tidak pernah berhitung, berapa banyak yag dihasilkan dari adonan satu kuali. 

"Yang saya ingat, kami menjualnya dalam kemasan besek besar seharga Rp 100 ribu, dan kemasan besek kecil seharga Rp 80 ribu.

Ummi Maryam mengaku, meski kondisi tengah rumit, cara berbelanja sekarang jauh lebih mudah. 

"Tinggal angkat telepon untuk pesan, semua bahan pembuatan dodol langsung dikirim. Dan bayarnya pun lewat transfer!" ungkap Ummi Maryam sambil menyebut bahan baku pembuatan dodolnya datang dari berbagai penjuru Jakarta.

Api harus Dijaga

Proses pembuatan Dodol Betawi ini memang terlihat terhitung rumit. Hanya sedikit orang yang ahli dalam membuat dodol Betawi.

Tahap pembuatan dodol, pertama bahan-bahan seperti gula merah, santan, dan gula putih diaduk dalam kuali besar.

Kemudian, semua bahan itu diaduk hingga menjadi satu. "Abis ini disaring campuran santan sama gula merah, aduk lagi campur sama tepung ketan," kata Kasiran, pegawai di bagian dapur dodol khas buatan Ummi Maryam.

Lalu, adonan diaduk kembali hingga kurang lebih 8 jam dengan api yang kecil. 

Mengaduk dodol Betawi Ummi Maryam (foto : Dudut Suhendra Putra)
Mengaduk dodol Betawi Ummi Maryam (foto : Dudut Suhendra Putra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun