Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Lebaran dengan Dodol Betawi

20 April 2022   21:23 Diperbarui: 20 April 2022   21:48 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai varian dodol Betawi bikinan Ibu April (foto : dok Nur Terbit)

Selain itu, mengingat karena ini dodol produk rumahan, maka tentu tanpa merk, kecuali hanya tulisan sesuai varian dodol yang antara lain ada rasa keju, duren, wijen, stroberi, pandan atau original rasa dodol biasa.

"Maklum ini cuma dodol musiman dan produk rumahan. Dijual juga hanya waktu puasa dan jelang lebaran saja. Di luar itu, gak ada," kata ibu April sambil tertawa.

Berbeda dengan produk UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah. Ini adalah istilah umum dalam dunia ekonomi yang merujuk kepada usaha ekonomi produktif. 

Dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-undang No. 20 tahun 2008.

Salah satu Dodol Betawi versi UMKM ini, adalah dodol Sari Rasa, produksi Ummi Maryam di kawasan Jalan Damai, Pasar Minggu, Jakarta Selatan di belakang Kantor BIN (Badan Intelejen Negara), terlihat bergerak lagi.

Dodol berwarna hitam dan kecoklatan yang terbuat dari santan kelapa, ketan hitam, ketan putih dan gula jawa ini, selalu jadi penganan khas di saat hari Raya.

"Meski kondisinya tidak seperti dulu. Sejak Corona datang, dapur kami jadi sepi. Dulu ada 30 karyawan. Sekarang tinggal 3 orang!," ungkap Ummi Maryam yang terus mengupayakan pembuatan dodol seorang diri, karena suamiya sudah wafat.

Ummi Maryam juga tidak ingat kapan persisnya bisnis ini dikelolanya. "Sejak anak-anak saya masih kecil, mungkin sekitar tahun 1980-an!,"ungkapnya.

Menurut Ummi dengan kondisi ekonomi menurun karena situasi Corona yang belum pulih, permintaan akan dodol juga menurun. 

"Ditambah lagi jumlah pelanggan saya banyak berkurang karena banyak yang wafat," ungkapnya.

Namun begitu, dapur dodolnya diupayakan tetap berasap. "Setiap hari kami masih ngadon satu kuali besar!," ungkap Ummi Maryam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun