Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lirik "Potong Bebek Angsa" Diplintir, Indonesia Krisis Lagu Anak

16 Agustus 2021   23:27 Diperbarui: 16 Agustus 2021   23:41 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan istri dalam suatu seminar lagu anak Muslim di MUI Pusat (foto dok Nur Terbit)

"Abang Tukang Bakso" ciptaan Mamo, salah satu lagu anak Indonesia. Dinyanyikan (cover) oleh cucu saya Senandung Aqila Akbar.

"Potong bebek jomblo/ Jomblo setiap hari/ Nyesek sampai ke hati/ Serong (selingkuh) ke kiri/ Serong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".

Jangan kaget membaca lirik lagu di atas. Itu bukan hoax tapi fakta sebenarnya di lapangan. Bayangkan, lirik lagu "Potong Bebek Jomblo" di atas sudah dipelintir dari lirik  aslinya "Potong Bebek Angsa". Seperti di bawah ini:

"Potong bebek angsa/ Angsa di kuali/ Nona minta dansa/ Dansa empat kali/Sorong ke kiri/ Sorong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".

Nah, bandingkan dengan judul lagu dan liriknya yang sudah "dipermak" habis oleh musisi zaman sekarang. Serius. Saya sering dengar diputar di radio swasta, dinyanyikan penyanyi yang lagi naik daun, Cita Citata, menjadi "Potong Bebek Jomblo".

Itu hanya contoh kecil, masih banyak lagi lagu dewasa lainnya yang awalnya lagu anak, atau sebaliknya. Lagu dewasa dinyanyikan anak-anak. Selain liriknya tidak mendidik, juga jarang kita temui lagi lagu anak yang bernuansa religi. Paling tidak, lagu anak Muslim yang islami.

Benarlah kalau banyak orang mengatakan bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis lagu anak. Lalu kemana musisi dan pencipta lagu kita? Apa karena kalau memilih bikin lagu anak gak laku? 

Sejumlah pertanyaan itu mengusik saya selama ini, terutama karena saya selaku orangtua dari dua anak dan dua cucu sekaligus pengelola lembaga pendidikan anak usia dini. Istri saya juga guru TK. Terus terang miris saya. 

Apalagi jika mendengar kebanyakan anak-anak, malah lebih senang menyanyikan lagu orang dewasa. Lagu cinta atau lagu patah hati, bahkan lagu berkisah tentang penghianatan cinta, perselingkuhan. Anehnya anak-anak hapal betul liriknya.

Tidak heran, jika Kiai Haji Cholil dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, merasa ikut prihatin melihat kondisi dan perkembangan lagu anak tersebut.

"Bayangkan, ada lagu anak yang mengajari kita pikun, memperkenalkan perselingkuhan kepada anak sejak kecil. Ada lagu di daerah yang mengumbar soal cinta dan nafsu, cinta dan nikah beda agama," kata Kiai Cholil serius.

Suatu waktu pada Rabu 31 Oktober 2018 silam di gedung MUI Pusat, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, digelar "Meeting Forum Musisi - Ulama" yang digelar Komisi Pembinaan Seni Dan Budaya Islam (KSBI) MUI mengambil tema "Seni Musik Sebagai Bahasa Dakwah Di Era Millenial".

Maka ketika Dwiki Darmawan, musisi yang malang-melintang di arena festival dalam dan luar negeri, dicecar pertanyaan seorang blogger sebagai peserta pertemuan, keresahan saya selama ini seolah sudah terwakili.

"Apa sebegitu krisisnya kita di Indonesia akan lagu anak? Kemana musisi kita? Boro-boro menciptakan lagu anak, lagu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak," tanya teman blogger itu kepada Dwiki Darmawan.

Dwiki Darmawan terlihat tersenyum kecut. Dia menarik napas panjang, sebelum menjawab pertanyaan teman blogger.

Sebagai orang tua -- yang sudah punya anak bahkan cucu -- jelas juga saya resah. Kebetulan, saya juga guru dan  pengelola lembaga pendidikan anak usia dini (TK dan PAUD) di Kota Bekasi, Jawa Barat, sedikit banyak biasa melihat anak usia dini bernyanyi. Sayangnya bukan lagi lagu khusus anak TK yang selama ini kami ajarkan, tapi sudah lagu dewasa.

Coba deh dengar salah seorang murid TK PAUD bernyanyi sambil bermain di kelas saat jam istirahat. Perhatikan liriknya. Anda tentu kaget, apalagi gurunya yang selama ini merasa tidak mengajarkan lagu dewasa dan "jorok" itu.

"Cintaku klepek-klepek sama dia, cintaku klepek-klepek sama dia". Atau, lagu yang berlirik kata "sayang", "pacar gelap", "istri simpanan", "jandamu", atau yang lebih serem lagi, ada lirik lagu bercerita tentang "pacar menghamiliku". Naudzubillah.

Seperti apa yang pertanyakan seorang blogger kepada Dwiki Darmawan,  boro-boro musisi menciptakan lagu anak, lagu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak.

Contohnya lagu "Potong Bebek Angsa" di atas. Saya kurang tahu siapa penciptanya. Tapi cukup melagenda. Pernah dengar gak? Ini lagu cukup populer dan familiar bagi anak TK sejak dulu. Syair atau liriknya "dipreteli". Dari lirik "Potong Bebek Angsa" menjadi "Potong Bebek Jomblo" seperti pada kata pembuka tulisan ini.

"Potong bebek angsa/ Angsa di kuali/ Nona minta dansa/ Dansa empat kali/Sorong ke kiri/ Sorong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".

Liriknya sudah "dipermak" habis seperti ini : "Potong bebek jomblo/ Jomblo setiap hari/ Nyesek sampai ke hati/ Serong (selingkuh) ke kiri/ Serong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".

LAGU ANAK MUSLIM

Kembali ke soal pertanyaan saya kepada Kang Dwiki Darmawan. Menurut musisi yang sudah berpengalaman tampil di berbagai festival, dalam dan luar negeri ini, dirinya berencana mengaransir ulang lagu anak Muslim "A ba ta tza".

Lagu ini, kata Kang Dwiki, dulu pernah dipopulerkan Bunda Neno Warisman. Dwiki yang aransir musiknya hingg. jadi enak didengar. Lagu tersebut sempat hitam di kalangan anak-anak Muslim.

"Rencana, saya perlu diaransir ulang lagu 'A Ba Ta Tsa' sehingga bisa menjadi alternatif lagu anak Muslim. Saya siap mengaransir lagi," katanya.

Tujuannya, agar bisa memperkaya khazanah dunia lagu anak Muslim, mengingat saat ini kondisinya sudah dalam keadaan krisis dan kritis.

Kang Dwiki mengungkapkan pula perkembangan grup musik luar negeri sebagai pembanding. Salah satunya kelompok musik Genesis.

Pieter Gebril, personil Genesis yang belakangan pecah dengan Phill Collins, kata Dwiki, juga mengangkat musik populer negaranya dengan label world music dan dance. Sampai di era sekarang terus berkembang. Pieter tidak melihat, apakah anggotanya muslim atau bukan -- tapi memang lebih banyak dari muslim.

Dwiki juga merasa prihatin melihat perkembangan musik dalam negeri.  Menurutnya, sampai saat ini, masih jarang ada orang Indonesia yang tampil di festival musik dunia membawa musik Islam sambil berdakwah. 

"Misal, kalau ada MTQ tingkat internasional yang pernah diikuti Indonesia, baik juga kalau ada festival musik Islam tingkat internasional. Dimana musisi dari Indonesia juga mengambil bagian," kata Dwiki.

Diharapkan, dengan diendorse oleh MUI, kehebatan musik Indonesia bisa eksis di dalam dan bahkan di luar negeri. Tampil tidak selalu di Jakarta, tapi juga misalnya di Raja Ampat, Papua atau di Bengkulu, dan lain-lain. 

Hal ini bisa dimaklumi, sebab musisi daerah belum tahu bagaimana cara memproduksi musik yang sudah bagus ini menjadi baik. Mulai dari sisi penampilan, teknis, performa dan lain sebagainya.


DAKWAH ERA MILENIAL

Diakui atau tidak, musik adalah bahasa jiwa. Dapat dirasakan kelembutannya. Bisa digunakan sebagai media dakwah di era milenial, dimana kini sudah berubah media yang digunakan berdakwah. 

Sekarang berdakwah sudah bisa melalui smartphone atau telepon pintar, bahkan bisa berdakwah dengan jangkauan lebih luas melalui dunia cyber. Dikemas sedemikian rupa melalui media sosial. Artinya, musik bisa dijadikan sebagai wahana dakwah.

Salah satu contoh yang paling terbaru, yang menjadi favorit sekarang ini di channel Youtube, adalah musik. Terutama di kalangan generasi milenial, yang populer disebut. "generasi zaman now". 

Contoh kelompok musik dakwah "Sabiyan" dengan vokalisnya bernama Anisa. Pada bulan puasa Ramadhan silam, kelompok musik ini bisa mengumpulkan viewer (jumlah penonton) jutaan di internet, dalam dan luar negeri melalui Youtube. Videonya jadi viral di media sosial.

Karena itu, kita perlu memikirkan bagaimana musisi berkolaborasi dengan ulama. Bagaimana menciptakan konten musik sebagai penyeimbang. Khususnya untuk menjawab tantangan dakwah di era milenial.

Musik dalam Islam itu, juga universal, bisa bergerak melalui lintas batas. Nabi Muhammad SAW saat hijerah dari Mekah ke Madinah, menyanyi dalam bentuk syair dengan alunan musik. Memberi semangat kepada kaum Muslim, terutama kepada perajurit perang yang tengah berjuang di medan laga.

Di kalangan santri di lingkungan pondok  pesantren, lagu anak santri "lir Ilir" juga sangat akrab bagi mereja. Hal  ini yang mendorong budayawan Emha Ainun Najib ikut mempopulerkan.

Berikut salah satu lagu daerah Minang, Sumatera Barat berjudul "Kampung Nan Jauh Di Mato" ciptaan Oslan Husein, dinyanyikan (cover version) dalam versi anak oleh cucu saya Senandung Aqila Akbar :


Dulu pernah berkembang nasyid, lalu dipopulerkan lagi dari murid Sekolah Madrasah Aliyah (MAN) bekerja sama dengan Metro TV. Tahun antara 1990-2000-an musik nasyid sudah berkembang. 

Jadi harus ada semangat spiritual di dalamnya. Lagu yang diperkenalkan Wali Songo dalam berdakwah, ada lagunya, syairnya, musiknya. Ada rangsangan rasionalitas dari musik yang mereka bawakan.

TESTIMONI LAGU ANAK MUSLIM

Habiburrahman El-Shirazy, Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) :

Pertemuan antara musisi dan ulama ini, sebenarnya bukan yang pertama dalam bentuk halaqah serial musik. Dipilih serial musik karena dianggap sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Misalnya, dalam lingkungan keluarga, biasanya para ibu jika ada anak kecil yang menangis atau mau dibawa ke tempat tidur, dinyanyikan oleh ibunya dengan tembang yang bernuansa kasih ibu. Tapi itu tergantung ibunya. Kalau asalnya santriwati, ya nyanyiannya shalawatan".

KH Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat :

Abad ke-X Masehi, Abu Nash alias Al-Farabi menghipnotis raja dan tamunya dengan permainan alat musiknya. Al-Farabi berhasil menciptakan not musik dan prinsip filosofi terapi musik. Bahkan membuat not musik (do re mi pa sol la si du) menggunakan huruf Hijaiyah.

Erick Yusuf, mantan vokalis band rock, kini aktif keliling berdakwah :

Berdakwah melalui musik sangat menarik dibahas, karena di Indonesia khususnya, para Wali Songo menyebarkan agama Islam melalui musik gamelan. Budayawan Emha Ainun Najib juga mengaransemen kembali lagu "Tombo Ati" -- belakangan dipopulerkan oleh Opick. Sekarang ini, seolah kita sudah menjauh dari musik karena dis-orientasi. Hal ini karena musik luar yang masuk, sudah berubah begitu masuk ke Indonesia". 

(Nur Terbit)

Akun medsos saya :
www.nurterbit.com
youtube.com/nurterbit
twitter.com/nurterbit
instagram.com/wartawanbangkotan
instagram.com/iniwisatakuliner
facebook.com/nuralimadvokat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun