Liriknya sudah "dipermak" habis seperti ini :Â "Potong bebek jomblo/ Jomblo setiap hari/ Nyesek sampai ke hati/ Serong (selingkuh) ke kiri/ Serong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".
Kembali ke soal pertanyaan saya kepada Kang Dwiki Darmawan. Menurut musisi yang sudah berpengalaman tampil di berbagai festival, dalam dan luar negeri ini, dirinya berencana mengaransir ulang lagu anak Muslim "A ba ta tza".
Lagu ini, kata Kang Dwiki, dulu pernah dipopulerkan Bunda Neno Warisman. Dwiki yang aransir musiknya hingg. jadi enak didengar. Lagu tersebut sempat hitam di kalangan anak-anak Muslim.
"Rencana, saya perlu diaransir ulang lagu 'A Ba Ta Tsa' sehingga bisa menjadi alternatif lagu anak Muslim. Saya siap mengaransir lagi," katanya.
Tujuannya, agar bisa memperkaya khazanah dunia lagu anak Muslim, mengingat saat ini kondisinya sudah dalam keadaan krisis dan kritis.
Kang Dwiki mengungkapkan pula perkembangan grup musik luar negeri sebagai pembanding. Salah satunya kelompok musik Genesis.
Pieter Gebril, personil Genesis yang belakangan pecah dengan Phill Collins, kata Dwiki, juga mengangkat musik populer negaranya dengan label world music dan dance. Sampai di era sekarang terus berkembang. Pieter tidak melihat, apakah anggotanya muslim atau bukan -- tapi memang lebih banyak dari muslim.
Dwiki juga merasa prihatin melihat perkembangan musik dalam negeri. Â Menurutnya, sampai saat ini, masih jarang ada orang Indonesia yang tampil di festival musik dunia membawa musik Islam sambil berdakwah.Â
"Misal, kalau ada MTQ tingkat internasional yang pernah diikuti Indonesia, baik juga kalau ada festival musik Islam tingkat internasional. Dimana musisi dari Indonesia juga mengambil bagian," kata Dwiki.
Diharapkan, dengan diendorse oleh MUI, kehebatan musik Indonesia bisa eksis di dalam dan bahkan di luar negeri. Tampil tidak selalu di Jakarta, tapi juga misalnya di Raja Ampat, Papua atau di Bengkulu, dan lain-lain.Â