Suatu waktu pada Rabu 31 Oktober 2018 silam di gedung MUI Pusat, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, digelar "Meeting Forum Musisi - Ulama" yang digelar Komisi Pembinaan Seni Dan Budaya Islam (KSBI) MUI mengambil tema "Seni Musik Sebagai Bahasa Dakwah Di Era Millenial".
Maka ketika Dwiki Darmawan, musisi yang malang-melintang di arena festival dalam dan luar negeri, dicecar pertanyaan seorang blogger sebagai peserta pertemuan, keresahan saya selama ini seolah sudah terwakili.
"Apa sebegitu krisisnya kita di Indonesia akan lagu anak? Kemana musisi kita? Boro-boro menciptakan lagu anak, lagu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak," tanya teman blogger itu kepada Dwiki Darmawan.
Dwiki Darmawan terlihat tersenyum kecut. Dia menarik napas panjang, sebelum menjawab pertanyaan teman blogger.
Sebagai orang tua -- yang sudah punya anak bahkan cucu -- jelas juga saya resah. Kebetulan, saya juga guru dan  pengelola lembaga pendidikan anak usia dini (TK dan PAUD) di Kota Bekasi, Jawa Barat, sedikit banyak biasa melihat anak usia dini bernyanyi. Sayangnya bukan lagi lagu khusus anak TK yang selama ini kami ajarkan, tapi sudah lagu dewasa.
Coba deh dengar salah seorang murid TK PAUD bernyanyi sambil bermain di kelas saat jam istirahat. Perhatikan liriknya. Anda tentu kaget, apalagi gurunya yang selama ini merasa tidak mengajarkan lagu dewasa dan "jorok" itu.
"Cintaku klepek-klepek sama dia, cintaku klepek-klepek sama dia". Atau, lagu yang berlirik kata "sayang", "pacar gelap", "istri simpanan", "jandamu", atau yang lebih serem lagi, ada lirik lagu bercerita tentang "pacar menghamiliku". Naudzubillah.
Seperti apa yang pertanyakan seorang blogger kepada Dwiki Darmawan, Â boro-boro musisi menciptakan lagu anak, lagu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak.
Contohnya lagu "Potong Bebek Angsa" di atas. Saya kurang tahu siapa penciptanya. Tapi cukup melagenda. Pernah dengar gak? Ini lagu cukup populer dan familiar bagi anak TK sejak dulu. Syair atau liriknya "dipreteli". Dari lirik "Potong Bebek Angsa" menjadi "Potong Bebek Jomblo" seperti pada kata pembuka tulisan ini.
"Potong bebek angsa/ Angsa di kuali/ Nona minta dansa/ Dansa empat kali/Sorong ke kiri/ Sorong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa...".