Pilihan Strategi Milenial
Pemanfaatan media sosial ini tentu harus dilakukan secara kreatif dan massif. Pertama, partai politik dapat membuat infografis yang berisi visi dan misi pasangan calon. Infografis ini kemudian dibagikan/diviralkan secara massif melalui berbagai media sosial.
Infografis dengan tampilan yang unik dan menarik tentu akan lebih efektif daripada menyebar ataupun menempel berlembar-lembar pamflet, brosur, dan yang semacamnya. Infografis yang keren akan lebih efisien dibandingkan dengan memasang ribuan spanduk di jalan-jalan ataupun memaku poster di batang-batang pohon.
Kedua, para pasangan calon dapat menggunakan media sosial untuk menyampaikan pesan politik mereka kepada generasi milenial. Mereka juga dapat memanfaatkan media sosial untuk meluruskan pernyataan-pernyataan lawan politik yang merugikan mereka.
Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu membuktikan bahwa media sosial sangat efektif dalam mengkampanyekan keunggulan suatu pasangan calon, sekaligus membongkar kekurangan pasangan calon yang lain.
Tentu pemanfaatan media sosial ini juga harus tetap memperhatikan aturan, norma, dan budaya politik yang penuh santun di Indonesia. Penyampaian pesan-pesan politik melalui media sosial harus rasional dan berorientasi pada adu program, bukan black campaign yang lebih menyerang karakter individu pasangan calon.
Ketiga, ketika generasi milenial mulai tertarik, partai-partai politik harus memanfaatkan momen tersebut dengan segera membentuk simpul-simpul relawan. Partai-partai politik harus membentuk komunitas-komunitas diantara generasi milenial. Simpul-simpul relawan dan komunitas ini kemudian digerakkan secara massif untuk mengajak generasi/masyarakat lain memilih sosok kandidat yang sama dengan pilihan mereka.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan menggunakan media sosial, atau langsung terjun ke masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial. Hal yang tidak bisa dipungkiri dalam kemenangan Jokowi - JK pada Pilpres 2014 lalu adalah keberhasilan gerakan para relawan.
Gerakan yang didominasi anak-anak muda (generasi milenial) ini begitu massif mengajak masyarakat lain, generasi yang lebih tua, untuk menjatuhkan suara pada Jokowi - JK. Pola-pola gerakan ini, ditambah dengan kekuatan media sosial, masih sangat relevan untuk digunakan kembali dalam Pilpres 2019.
Terlepas dari apapun strategi partai-partai politik dalam memenangkan pertempuran, kepentingan bangsa dan negara harus diutamakan. Pada hakekatnya politik hanyalah alat untuk mencapai kekuasaan. Kekuasaan itulah yang akan digunakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur.
Justru perhelatan politik pada tahun 2018 dan 2019 mendatang adalah momentum tepat untuk mendidik generasi milenial bagaimana berpolitik yang cerdas, santun, dan beradab. Itulah saat yang tepat untuk mengajarkan anak-anak muda bagaimana mencapai tujuan dengan cara-cara yang elegan, meraih suara tanpa menghina, menggapai kemenangan tanpa cacian.