Mohon tunggu...
da.styawan
da.styawan Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi Pertama

Statistisi Pertama BPS Kabupaten Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama FEATURED

Strategi Berburu Suara Milenial di Tahun Politik

24 September 2018   06:32 Diperbarui: 22 November 2019   11:03 3923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apathetic Voters, atau yang sering disebut dengan pemilih cuek, adalah pemilih yang apatis terhadap seluruh proses politik. Mereka cenderung cuek dan tidak peduli terhadap partai politik. Mereka lebih melihat pada sosok kandidat yang dicalonkan, sebagai pertimbangan mereka dalam menjatuhkan suara.

Keunikan generasi milenial ini tentu membutuhkan strategi khusus untuk merebut suara mereka. Salah satu strategi tersebut antara lain mengusung generasi milenial sebagai calon pemimpin suatu daerah. Sebagai contoh, pada Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Koalisi Partai Demokrat, PKB, PAN, dan PPP sepakat mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta. Penunjukkan AHY, yang masih berusia 39 tahun, tentu telah melalui berbagai pertimbangan matang. AHY merupakan sosok yang mewakili generasi milenial DKI Jakarta.

Jumlah generasi milenial di Provinsi DKI Jakarta, menurut data BPS, diperkirakan mencapai 38,12 persen. Hal inilah yang menyebabkan pencalonan AHY pada waktu itu merupakan sesuatu yang logis secara perhitungan politik. Sebab, faktor milenial ini tidak dimiliki oleh dua pasangan calon yang lain.

Keputusan ini membuahkan hasil, yakni 938 ribu suara atau sekitar 17,07 persen. Hasil ini merupakan pencapaian luar biasa untuk pemuda 39 tahun yang baru pertama kali mengikuti konstelasi politik di Indonesia.

Strategi tersebut kemudian dilakukan juga oleh beberapa partai politik dalam menghadapi Pilkada serentak 2018. Koalisi Partai Golkar, Demokrat, dan Nasdem sepakat mengusung Emil Elistianto Dardak, pemuda 33 tahun, sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur.

Untuk Provinsi Jawa Tengah, koalisi PDI-P, PPP, Nasdem dan Demokrat memasangkan sang petahana, Ganjar Pranowo, dengan Taj Yasin Maimun, pemuda Rembang berusia 35 tahun.

Sementara itu, di luar jawa, PDI-P juga berani mendeklarasikan Andi Sudirman Sulaiman, pemuda 34 tahun, untuk mendampingi Nurdin Abdullah sebagai calon Wakil Gubernur Sulawesi Selatan. Emil, Yasin, dan Andi mewakili generasi milenial yang sarat potensi dan prestasi.

Perlu diketahui, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk milenial di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018, diproyeksikan mencapai 29,97 persen. Adapun Provinsi Jawa Tengah, jumlah generasi milenial diproyeksikan mencapai 30,07 persen.

Sementara itu, jumlah penduduk milenial di Provinsi Sulawesi Selatan diperkirakan sekitar 33,16 persen. Secara perhitungan suara, jumlah ini sangat signifikan sebagai tambahan suara.

Hal ini kemudian relatif terbukti. Ketiga pasangan tersebut berhasil keluar sebagai pemenang di daerah masing-masing. Kekuatan milenial benar-benar mampu dioptimalkan para partai politik pengusung mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun